Pada
suat hari tidulah seorang ulama yang bernama Nabatul Bnani dari salat malamnya,
ia terlelap dalam mimpinya dengan berjalan-jalan menuju sebuah kuburan, namun
tiada sangka beliau bertemu dengan perkumpulan orang-orang yang sudah tiada
didunia dengan kain kafan yang mereka pakai, mereka berkumpul satu dengan yang
lainnya dalam satu meja makan bak keluarga, sungguh sangat menkjubkan kehidupan
setelah mati memang benar-benar ada. Namun keadaan seseorang ibu yang berlainan
dengan kain kafan yang kusut, kusam wjahnya yang tak ceria seakan berbagai
permasalahan ia alami membuat nabatul banani semakin keheranan. Tak kuat
rasanya beliau melihat semua itu, beliaupun menghampirinya dan menanyakan
keadaannya kenapa bisa sedemikian.
Percakapan anatara kedua insan yang sudah berlainan
kehidupan berlangsung penuh kesedihan, ternyata dia adalah seorang ibu yang
tidak pernah diingat oleh anak perempuannya didunia. Sang ibu itu menceritakan kedaan
putrinya kepada nabatul bnani, bahwa dia punya seorang putri yang tidak pernah
ingat kepada saya setelah ia menikah dengan seseorang yang kaya raya, kemudian diakhir cerita sang
ibu kepada nabatul bnani ia berpesan “jika engkau menemui anakku, tolong
beritau keadaanku kepadanya”!!!.
Mendengar semua itu akhirnya Nabatul Bnani terhentak dari
tidurnya. Singat cerita beliaupun mencari si wanita yang dimaksud ibu dalam
mimpinya, sudah sekian lama beliau mencari, keberbagai penjuru kota dan desa
akhirnya beliau menemukan sebuah rumah yang begitu mewah dan megah, beliupun
menghampiri rumah itu dan menemui pemilik rumah. Setelah bertemu dengan pemilik
rumah, Nabatul Bnani hal ikhwal kehidupannya, dan beliau juga bertanya apakah
ia mempunyai seorang ibu yang sudah tiada, ternyata sang wanita itu terdiam
seakan teringat sesuatu, dengan mimik kesedihan Nabatul Bnani mengetahui bahwa
dia memang benar-benar anak dari ibu dalam mimpinya.
Keterharuan
dari seorang anak akan ibunya yang sudah lama ia lupakan semakin menjadi
setelah Nabatul Bnani menceritakan keadaan ibunya dan menyampaikan pesannya. Cakrawala
semakin sedih mendengar ketidakpastian hidup seorang ibu, tetesan air mata
membasahi indahnya cakrawala. Karena nabatul bnani terasa sudah menyampaikan
kewajibannya iapun pergi dari hadapan seorang wanita yang dalam keterharuan.
Rutinantas
dari seorang nabatul bnani setiap malam seakan menjadi kewajiban tersendiri,
dimalam yang penuh keheningan ia tertidur dalam dzikirnya, ia berkelana dalam
dunia mimpi, mimpi itu ternyata tiada bedanya dengan mimpi sebelumnya, beliau
betemu dengna sekumpulan insan dengan kain kafan untuk makan bersama layaknya
keluarga, namun entah kenapa seorang ibu datang dan bergabung bersama
sekumpulan insan dengan kain kafan yang begut bersinar dengan wajah penuh
keceriaan, terlepasa dari keheranan itu beliau menghampirinya dan
menanyakannya;
Nabatul bnani ; anda pada saat itu memakai kainkafan yang kusut susam dengan
wajah penuh kesediahan, kenapa hari ini anda bisa seperti ini..?
Sang Ibu ;
betul, saya dulu adalah orang yang dulu anda temui, namun berkat doa anak saya,
saya menjadi seperti ini.
Mimpi
nabatul bnani menjadi usai, beliau terhentak dari tidurnya penuh ketakjuban. Subhanallah,
sungguh engkau maha pengasih lagi maha pemurah.
Semoga
cerita ini mebuat kita selalu bermuhasabah akan kehidupan kita,
kita tidak hanya hidup dalam kesendirian akan tetapi kita hidup dalam
kebersamaan. Semoga bermanfaat…
cerita ini diambil dari kitab syarah al-ushfuriyah