Minggu, 24 Februari 2013

Waktu Sore Yang Penuh Dengan Luapan Kasih Sayang



          Jarum jam menunjukkan jam 17.00 WIB, kuberangkat dengan tujuan menindak lanjuti surat permohonan bantuan dana yang telah dititipkan dua hari lalu kepada salah seorang pemilik rumah makan dipusat kota pamekasan. Dua kali saya tindak lanjuti, namun kutak dapat menemui beliau karena ada keperluan diluar kota, namun pada sore itu (23/02/2013) saya dapat menemuinya dengan harapan saya surat yang dikirim kemarin mendapat partisipasi dari beliau. Setelah beberapa menit menunggu, alhamdulillah saya dapat menemui beliau dan beliau sangat mendukung atas acara yang kami adakan (peringatan maulid nabi dan pelantikan PAC-IPNU Pamekasan 2013-2015).
          Betapa bahagia saya dengan dukunagan yang beliau berikan pada acara kami, dan yang lebih membuat saya bahagia, selang beberapa menit kita berbinncang-bincang, beliau menanyakan setatus saya, asal saya dari mana. Setelah saya memberi tahu tentang kehidupan diri saya, kemudian beliau beranjak menuju pintu kamarnya, setelah beberapa menit ku menunggu kulihat tanganya memegang dua buah buku yang mungkin buku itu adalah buku yang memotivasi beliau hingga pada ahirnya dia sukses menjadi pengusaha. Kedua buah buku itu yang satu tebalnya kurang lebih 200 halaman sedangkan yang satu lagi berukuran kecil yang mungkin tebalnya hanya 100 halaman. Melihat kedua buah buku itu, dalam hati saya terbersit “ini pasti ingin diberikan pada saya”, alhamdulillah kenyataan sejalan dengan apa yang ada dalam hati saya, betapa bahagianya hati ini, beliau juga memotivasi saya bagaimana seharusnya menjadi seseorang dalam keadaan yang serba kekurangan, diantara motivasinya yang saya ingat “sukses itu mudah, tergantung bagaimana kita menjalaninya” selain itu, beliau juga menyarankan saya supaya menambah jumlah raka`at sholat, menjadi seseorang yang lapar pada saat teman-teman kenyang, membuka mata pada saat temen-teman lelap.
          Kutak dapat menyangka perjalananku disore itu berjalan seperti halnya angin menghembus dedaunan yang meneteskan air pada tumbuhan. Betapa bahagianya tanaman yang tertimpa tetesan air dedaunan, hingga terlepas dahaga yang tertahan. Kutak dapat berkata apa-apa semuanya hanya dapat kurasakan dengan penuh iba, betapa besar kasih-sayangNya yang Ia berikan pada hambaNya. Betapa malunya hati ini melihat semua ini, air mataku mengalir tampa sadar mengiringi perjalan pulangku. Ternyata Dia selalu dalam kuasaNya memelihara hambaNya, namun hambaNya yang tidak tau malu akan kuasaNya, sombong seakan tiada kita adalah sesorang yang hidup dengan kebebasan menentukan kehiduapan, sombong dengan apa yang kita genggam (Ilmu) padahal semuanya adalah milikNya.

Tidak ada komentar: