Jarum jam menunjukkan jam 17.00 WIB,
kuberangkat dengan tujuan menindak lanjuti surat permohonan bantuan dana yang
telah dititipkan dua hari lalu kepada salah seorang pemilik rumah makan dipusat
kota pamekasan. Dua kali saya tindak lanjuti, namun kutak dapat menemui beliau
karena ada keperluan diluar kota, namun pada sore itu (23/02/2013) saya dapat
menemuinya dengan harapan saya surat yang dikirim kemarin mendapat partisipasi
dari beliau. Setelah beberapa menit menunggu, alhamdulillah saya dapat menemui
beliau dan beliau sangat mendukung atas acara yang kami adakan (peringatan
maulid nabi dan pelantikan PAC-IPNU Pamekasan 2013-2015).
Betapa bahagia saya dengan dukunagan
yang beliau berikan pada acara kami, dan yang lebih membuat saya bahagia,
selang beberapa menit kita berbinncang-bincang, beliau menanyakan setatus saya,
asal saya dari mana. Setelah saya memberi tahu tentang kehidupan diri saya, kemudian
beliau beranjak menuju pintu kamarnya, setelah beberapa menit ku menunggu
kulihat tanganya memegang dua buah buku yang mungkin buku itu adalah buku yang
memotivasi beliau hingga pada ahirnya dia sukses menjadi pengusaha. Kedua buah
buku itu yang satu tebalnya kurang lebih 200 halaman sedangkan yang satu lagi
berukuran kecil yang mungkin tebalnya hanya 100 halaman. Melihat kedua buah
buku itu, dalam hati saya terbersit “ini pasti ingin diberikan pada saya”,
alhamdulillah kenyataan sejalan dengan apa yang ada dalam hati saya, betapa
bahagianya hati ini, beliau juga memotivasi saya bagaimana seharusnya menjadi
seseorang dalam keadaan yang serba kekurangan, diantara motivasinya yang saya
ingat “sukses itu mudah, tergantung bagaimana kita menjalaninya” selain itu,
beliau juga menyarankan saya supaya menambah jumlah raka`at sholat, menjadi
seseorang yang lapar pada saat teman-teman kenyang, membuka mata pada saat temen-teman
lelap.
Kutak dapat menyangka perjalananku
disore itu berjalan seperti halnya angin menghembus dedaunan yang meneteskan
air pada tumbuhan. Betapa bahagianya tanaman yang tertimpa tetesan air
dedaunan, hingga terlepas dahaga yang tertahan. Kutak dapat berkata apa-apa
semuanya hanya dapat kurasakan dengan penuh iba, betapa besar kasih-sayangNya
yang Ia berikan pada hambaNya. Betapa malunya hati ini melihat semua ini, air
mataku mengalir tampa sadar mengiringi perjalan pulangku. Ternyata Dia selalu
dalam kuasaNya memelihara hambaNya, namun hambaNya yang tidak tau malu akan
kuasaNya, sombong seakan tiada kita adalah sesorang yang hidup dengan kebebasan
menentukan kehiduapan, sombong dengan apa yang kita genggam (Ilmu) padahal
semuanya adalah milikNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar