Rabu, 11 Maret 2015

Haji Hanya Sekali



 “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (ali-imron:97)
Allah swt, menegaskan kepada siapa kewajiban haji itu ditujukan, dan wajib melaksanakan pada bulan-bulan yang telah ditentukan. “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah” Ayat ini mengisyaratkan, bahwa tujuan utama haji ialah semata-mata ditujukan karena mencari rida Allah, bukan untuk mencari lebelitas diri dari ahmad menjadi H. Ahmad. Dan bukan pula mencari popularitas dalam kehidupan, yang semua itu adalah jeratan syetan-syetan dalam kehidupan. Rasa ikhlas menjalankan ibadah haji harus tertanam dalam-dalam dan tertata rapi dalam jiwa seorang hamba yang menetapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji.
Lebih spesifik Allah melanjutkan penjelasannya tentang siapa yang berhak melaksanakan ibadah haji, “yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. Dari dua ayat ini terdapat dua kata yang perlukiranya kita tahu, kata “sanggup” dan “perjalanan” diamana kata sanggup adalah adanya kelengkapan dalam menempuh tujuan yang hendak dituju (baitullah). Semua muslim mempunyai hasrat menuju baitullah (haji), karena haji adalah salah satu dari rukun islam yang lima. Namun diantara mereka adakalanya berupa kemauan saja, dimana dalam kemauan ini tidak adanya kekuatan dari segi finansial atau yang syarat-syarat lainnya. Dan ada pula yang berupa keinginan. Dan mereka yang sampai kebaitullah adalah mereka yang mempunyai keinginan yang luar biasa (the willing power), dalam kategori ingin inilah persyaratan-persyaratan/bekal dalam perjalan manusia sudah disiapkan, baik bekal secara material ataupun secara fisik.  Selanjutnya adalah kata “perjalanan” dimana arti perjalanan dalam KBBI adalah:
perjalanan :: per.ja.lan.an
1
Kelas Kata:
kata sifat

Definisi:

Contoh:
krn kakinya cacat, perjalanan nya tidak sempurna
2
Kelas Kata:
kata sifat

Definisi:

Contoh:
3
Kelas Kata:
kata sifat

Definisi:
jarak (jauh) yg dicapai dng berjalan dl waktu yg tertentu:

Contoh:
4
Kelas Kata:
kata sifat

Definisi:

Contoh:

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud  perjalan disini keadaan bagi seorang muslim yang melaksanakan ibadah haji, baik dari awal keberangkatan haji hingga pulang.
            Dilain ayat allah menjelaskan tentang akibat serta pahala yang pantas didapat oleh hamba Allah yang melaksanakan ibadah haji. Dalam surat al-baqarah:197 Allah berfirman:
 “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (al-baqarah:197)
 Pada saat ibadah haji berlangsung, allah melarang perbuatanperbuatan rafats (berkata-kata jelek), fasik dan saling berbantah-bantahan antar sesama. Sedangkan balasan bagi mereka-mereka pelaksana haji, tiada lain hanyalah surga.


Namun hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh para tamu Allah seperti perbuatan-perbuatan tercela, malah mereka jadikan sesuatu yang dibangga-banggakan, seperti pada saat pulang dari tanah suci tidak jarang kita temukan arak-arakan sepeda motor dengan bunyi knalpot yang bising, mengganggu ketenagan masyarakat, apakah itu yang dimaksud dengan haji yang mabrur, kalau memang haji mabrur yang bertandakan kesucian, seharusnya melaikat adalah penyambut kedatangan mereka bukan syetan-syetan terkutuk yang harus menyambut kedatangan mereka.
Haji yang mabrur ditandai dengan perilaku seseorang itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari pasca melaksanakan ibadah haji. Pengalaman batin serta pengalaman jiwa sekalipun Allah tampakkan bagi mereka yang beribadah haji, disaat mereka dalam lingkungan tanah suci melaksanakan rukun-rukun haji, adakalanya mereka berlumuran darah dengan sendirinya dari kepala mereka, dihantam oleh seseorang tampa diketahui siapa dan dari mana asal kedatangan orang itu yang secara tiba-tiba datang dan secara tiba-tiba pula menghilang.
Terlepas dari kewajiban melaksanakan ibadah haji bagi seseorang merupakan kewajiban individu yang harus dilaksanakan sendiri-sendiri. Teringat akan lamanya penantian hamba Allah untuk menghadap panggilanNya, dimana seseorang baru bisa melaksanakan ibadah haji setelah menunggu antrian selama (untuk tahun ini) 10 tahun lamanya. Hal ini diakibatkan oleh KESERAKAHAN para manusia yang ingin selalu dipuji oleh Allah dengan sesering mungkin menghadap baitullah, tampa menghiraukan orang lain. Rasulullah bersabda “YASSIRU WALA TU`ASSIRU” mempermudahlah dan jangan mempersulit antar sesama. Ini adalah landasan kita dalam membina hablim minallah dan juga hablum minannas. Bukan malah naik seumur hidup dengan tujuan mendekatkan diri kepadaNya, tidakkah anda wahai para penggila puji dari yang Esa, baitullah bukanlah milik individu. Rasulullah adalah contoh bagi kita dalam menjalankan ibadah haji yang seumur hidup beliau melaksanakan ibadah haji hanya satu kali.
Walaupun banyak pendapat yang menyatakan, dikarenakan banyakanya kendala dimasa nabi, sehingga beliau hanya bisa melaksanakan ibadah haji satu kali dalam hidup beliau, hal ini bagi saya bukanlah alasan. Pada saat setelah  Nabi melaksanakan hijrah dari mekah kemadinah bukan berarti mekah ditinggalkan begitu saja oleh beliau, kibaran bendera islam semakin mengkibar diseentero dunia, islam semakin jaya, apalagi dengan kedatangan sang macan Islam yakni Umar. Betapa gemetarnya kaum quraisy menghadapi Umar dengan ketegasannya, dan kegigihannya dalam membela islam. Disaat yang cemerlang ini bukanlah tidak mungkin bagi seorang Muhammad, penguasa dunia untuk melaksanakan ibadah haji. Begitulah seharusnya kaum muslimin meneladani pemimpinnya,
Barangsiapa ta’at kepada Allah dan RasulNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketentuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukannya ke dalam api neraka, sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menghinakan. “ (An-Nisa’: 13-14)
Katakanlah: Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian. “ (Ali-Imran: 31).
Dengan ketaatan kepadanya, adalah suatu kehormatan bagi seorang muslim sejati.

Tidak ada komentar: