Ada anggapan dari beberapa orang yang berdoa, “kenapa doa saya tidak diterima oleh Allah,
padahal saya selalu berdoa kepadaNya.?” Pada dasarnya semua doa yang
dipanjatkan oleh manusia oleh Allah didisposisi semua, akan tetapi, tidak semua
doa yang dipanjatkan direalisasikan secara langsung sesuai dengan permintaan
orang-orang yang berdoa, akan tetapi karena Allah adalah sang maha mengetahui atas segala kehidupan
hambaNya, dan dia pula yang maha mengatur kehidupan manusia dan mahluk
ciptaanNya, maka dia akan selalu memberikan apa yang terbaik bagi ciptaanNya
demi kelagsungan hidup mahlukNya.
Dalam setiap permintaan yang kita utarakan tentunya kita
menginginkan apa yang kita minta dapat terkabulkan sesuai dengan apa yang kita
hajatkan. Berkenaan dengan bagaimana doa kita agar diterima oleh Allah, maka
tentunya kita harus melakukan beberapa hal (adab)
pada saat kita memanjatkan doa. Imam Al-Ghazali menerangkan dalam kitabnya Ihyau `Ulumiddin, ada sepuluh hal kenapa
doa seseorang itu dikabulkan oleh Allah, yaitu;
- Waktu berdoa
- Keadaan orang yang berdoa (siapa yang berdoa)
- Menghadap kiblat
- Suara orang yang berdoa
- Lapar
- Rendah diri, khusyuk, dan penuh harapan
- Yakin dan percaya
- Mengulang-ulang doa minimal 3x
- Dibuka dengan dzikir
- Ketenangan jiwa
Menurut Imam Ali r.a waktu adalah bagaikan pedang, dikala
kita tidak dapat memainkan pedang maka kita yang akan dipermainkan oleh pedang
itu sendiri, namun jika kita dapat memainkan pedang maka dengan mudahnya kita
berlaga. Betapa berharganya waktu yang kita miliki untuk bermunajat kepada
Allah, terutama separuh malam yang kita miliki disaat orang lain tidur nyenyak
seyogyanya kita bangkit menengadahkan tangan kita memohonkan hajat kita
kepadaNya. Disamping itu juga keadaan diri kita pada saat memanjatkan doa setidaknya
kita harus tau diri akan keadaan diri kita apakah diri ini sudah suci ataukah
masih dalam keadaan kotor, entah kotor dari hadatsain
ataupun kotor dari perbuatan-perbuatan tercela, sehingga kita masih terhijabkan
oleh dosa-dosa yang kita miliki dan doa yang kita panjatkan masih terhalang
oleh hijab yang notabennya dibuat oleh kita sendiri.
Dengan menghadap kiblat sebagai pusat peribadatan muslim
(ka`bah) diiringi denga suara dengan penuh kerendahan tidak keras, namun penuh
dengan perasaan khusyuk dan penuh harapan agar doa yang kita panjatkan diterima
disisiNya. ادعوا ربكم تضرعا وخفية “berdoalah kalian kepada Rabmu dengan penuh
kerendahan dan rasa takut”. Takut seorang hamba pada tuhannya bukanlah seperti
takutnya seseorang menghadapi seekor macam yang semakin takut akan semakin
menjauh, semakin takut seorang hamba kepada tuhannya maka ia akan semakin
mendekat, begitulah rasa takut seorang hamba dengan tuhannya.
Optimis adalah faktor kenapa kita bisa berhasil dalam
melakukan sesuatu, Allah bersabda dalam hadits Qudsinya ANA `INDAA DANNI `ABDI “saya berdasarkan perasangka hambaku”,
tatkala kita optimis bahwa Allah akan mengadbulkan apa yang kita pinta, maka
sudah barang pasti kita akan mendapatkan apa yang kita pinta. Lebai kepada sang
kuasa adalah perilaku positif dan hal ini bukanlah suatu yang salah kaprah,
akan tetapi hal ini merupakan keharusan yang harus diungkapkan bagi seorang hamba
kepada pujaannya.
Yang terpenting dalam doa adalah bagaimana kita dapat
menghadirkan jiwa kita disaat doa-doa kita panjatkan, jiwa kita hadirkan tuk
menghadap dan bertatap muka denganNya, sehingga jika jiwa ini sudah dapat
bertemu dan dapat menghadapNya secara langsung, maka hal yang sudah tentu apa
yang kita sampaikan akan diterima olehNya. Wallahu
A`Lam……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar