Penciptaan manusia tidak lepas dari
penciptaan bumi, manusia tidak lepas dari kehidupan sosial, karena manusia
tercipta sebagai mahluk sosial. Manusia hidup di muka bumi ini dengan saling
bahu membahu, saling melengkapi, saling membutuhkan uluran tangan satu sama
lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tidak ada satupun manusia yang
dapat hidup di bumi ini tanpa adanya uluran tangan dari orang lain, tidak ada
manusia yang hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan bantuan orang lain, semua
manusia membutuhkan bantuan orang lain. Maka dari itu dalam ilmu sosiologi
manusia disebut sebagai mahluk sosial.
Manusia yang tercipta dari pembuahan sperma
dan ovum selam 9 bulan didalam rahim ibunda, yang kemudian terlahir dengan
keadaan telanjang tanpa busana sehelaipun, berlumuran darah dan menangis,
seakan-akan mereka terlepas dari dunia yang sangat senang mereka hidup di dalam
dunia itu, hingga mereka tidak rela untuk berpisah dari rahim ibunda. Namun
disisi lain ibunda yang hamil 9 bulan, saudara, family dan tetangga merasakan
kegembiraan atas terlahirnya sang bayi di bumi ini. Merekalah manusia yang
diciptakan oleh Allah kemuka bumi ini sebagai kholifah (pemimpin) yang
dapat mengatur dan merawat bumi dan seisinya.
Bumi diciptakan oleh Allah dengan penuh
warna-warni dan pernak-pernik kehidupan, Allah ciptakan gunung-gunung supaya
bumi senantiasa tetap tidak tergoyahkan, Allah ciptakan tebing terjal berlubang
dan mempesona supaya bumi senantiasa dalam
keseimbangan, Allah ciptakan sungai-sungai dan pepohonan supaya bumi
selalu dalam kehidupan. Rotasi bumi tidak selamanya berjalan baik, adakalanya
gunung-gunung yang indah dipandang meletus penuh asap dan blirang, tebing
terjal berlubang yang mempesona longsor tiada sisa, lautan, sungai-sungai yang
membiru pemilauan dan pepohonan yang hijau penuh keindahan hilang tertlan
banjir bandang dan kebakaran. Semuanya harus dijaga, semuanya harus dikelola.
Siapakah yang harus menjaga, siapakah yang harus mengelola…? Allah memasrahkan
bumi ini kepada manusia. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-quran surat Al-Baqarah ayat 30;
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ
فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ.
Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".(QS. Al-Baqarah:30)
Kenapa harus manusia yang dijadikan
sebagai khalifah..? adakah keistimewaan pada manusia yang diciptakan
dari air mani yang hina ini, sehingga terpilih sebagai Khalifah di muka
bumi. Malaikat juga heran dan bertanya kepada Allah (QS. Al-baqarah:30) "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah.?” Dilihat
dari segi asal-usul penciptaan tentunya manusia adalah mahluk terhina dari pada
malaikat yang diciptakan dari cahaya dan jin yang diciptakan dari api,
sedangkan manusia (Nabi Adam. A.s) hanyalah tercipta dari tanah liat. Mungkinkah
manusia bisa menjadi khalifah, menjaga kelestarian kehidupan di bumi,
tidak menimbulkan kerusakan dibumi. Manusia adalah mahluk, manusia bukalah
tuhan yang mempunyai segalanya, kesalahan pasti ada, karena hanya Allah yang
lebih tahu segalanya. He is the creature, He is the master plant, semua
kehidupan ada pada Allah. Namun betapa adilnya Allah dalam mengamanatkan tugas-Nya
kepada manusia (Nabi Adam.a.s) sebagai khalifah di bumi ini, semua nama
benda bumi Allah ajarkan kepada Nabi Adam hingga malaikatpun tak dapat berkutik
akan pertanyaan yang mereka sampaikan, dan merekapun bersujud hormat kepada
manusia (Nabi Adam.a.s), terkecuali Iblis yang dengan kesombongannya mereka
tidak mau bersujud hormat kepada Nabi Adam.a.s.
“Sesuatu Yang Pantas Dihormati Sudah
Pasti Mulia, Sesuatu Yang Tidak Pantas Dihormati Sudah Pasti Tidak Mulia” begitu pula manusia, malaikat dan jin bersujud
hormat kepada Nabi Adam.a.s karena ia pantas untuk dihormat. Lantas apa yang
menjadi tolak ukur manusia menjadi terhormat dan pantas untuk dihormati...?
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai
mahluk yang paling sempurna dari mahluk ciptaanNya yang lain. Secara anatomi,
manusia paling indah bentuknya, paling sempurna bentuknya, dan yang menjadikan
manusia paling sempurna dari mahluk lainnya adalah AKAL, manusia
dikaruniai akal oleh Allah sehingga mereka berbeda dari mahluk ciptaan lainnya.
Dengan akal inilah manusia bisa mengadaptasikan dirinya dimuka bumi ini untuk
mengatur dan melestarikan kehidupan di bumi. Dengan akal ini pula manusia dapat
berprilaku sebagai manusia yang kemudian pantas untuk dihormati. Dengan akal
inilah manusia menjadi species yang berbeda dengan hewan.
Akal (العقل) dalam kamus bahasa arab bermakna akal
pikiran. Sedangkan menurut KBBI akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu. Jika
fungsi akal untuk memahami sesuatu, maka hewan juga dapat memahami suatu benda
yang dapat membahayakan dirinya sehingga hewan dapat menghindar dari benda
tersebut. Contoh ketika ayam diganggu oleh manusia, maka ayam tersebut akan lari,
ini pertanda bahwa hewan juga memiliki daya pikir yang sama sebagaimana daya
pikir yang dimiliki oleh manusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia sama
dengan hewan.
Pengertian akal dalam kamus bahasa arab
dan KBBI di atas adalah pengertian akal secara etimologi, sehingga kita perlu
memahami pengertian akal secara termenologi. Menurut Imam Al-ghazali akal adalah
insting yang dapat memahami informasi-informasi nalar bagaikan cahaya yang ada
di dalam hati dan siap mengenali sesuatu. Imam Al-ghazali juga membagi akal
menjadi dua, yaitu akal praktis dan akal teoritis. Akal praktis adalah akal yang
digunakan berkaitan dengan aktivitas manusia, baik buruknya tingkah laku
seseorangan tergantung pada bagaimana manusia menggunakan akal praktis mereka,
jika akal praktis dimanfaatkan dengan maksimal maka akhlak manusia akan baik
dan sebaliknya jika akal praktis mereka tidak mereka manfaatkan dengan maksimal
maka manusia cendrung berprilaku tidak baik. Sedangkan akal teoritis adalah
akal yang berfungsi sebagai penyempurna substansi immaterial dan abstrak. Jadi
jelas sekali bahwa akal itu hanya dapat dimiliki oleh manusia dan tidak dapat
dimiliki oleh hewan. Manusia tidaklah sama dengan hewan sekalipun hewan
sama-sama mempunyai daya pikir untuk memahami sesuatu yang dapat membahayakan
dirinya. Dalam ilmu biologi dijelaskan bahwa hewan tidak memiliki akal
sebagaimana akal yang dimiliki manusia, akan tetapi daya pikir yang ada pada
hewan disebut dengan insting, sedangkan daya pikir yang dimiliki manusia
disebut dengan akal. Oleh karena itu, manusia adalah mahluk yang paling
sempurna dari pada mahluk ciptaan Allah yang lain.
Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat
beliau bersabda;
مَاخَلَقَ
اللهُ عَزَّوَجَلَّ خَلْقًا اَكْرَمُ عَلَيْهِ مِنَ الْعَقْلِ (رواه ابو نعيم)
“tida
ada ciptaan yang diciptakan oleh Allah yang lebih mulia dari pada akal” (HR.Abu
Na`im)
Hadits ini menjelaskan bahwa akal adalah
ciptaan Allah yang paling mulia dari ciptaanya yang lain, dan manusia adalah
mahluk yang dikaruniai akal oleh Allah swt. Poin dari hadits di atas adalah
akal bukan manusia. Jadi hanya manusia-manusia yang berakal yang akan menjadi
manusia-manusia mulia dan terhormat. Siapakah manusia-manusia berakal itu..?
adakah tolak ukur yang dapat memastikan manusia sebagai manusia-manusia berakal
dan mulia..?
Rasulullah SAW bersabda;
اِنَّمَا الْعَاقِلُ مَنْ اَمَنَ بِاللهِ وَصَدَّقَ رَسُلُهُ وَعَمَلٌ بِطَاعَتِهِ
(رواه الترميدي والحاكم)
“ Sesungguhnya orang-orang yang berakal adalah orang yang
beriman kepada Allah, membenarkan utusanNya dan dibuktikan dengan ketaatan
kepadaNya” (HR. Tirmidzi dan Hakim)
Sangantlah jelasa
sekali bahwa tidak semua manusia berakal dan tidak semua manusia pantas untuk
dihormat, karena tidak semua manusia berakal, tidak semua manusia mempunyai
keimanan kepada allah, tidak semua manusia dapat membenarkan kerasulan Nabi
Muhammad, dan tidak semua manusia dapat mengapresiasikan ketaatannya dalam
perbuatan-perbuatan yang baik, baik menurut syariat islam dan baik menurut norma
sosial. Disaat manusia tidak dapat menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya,
maka manusia tidak ubahnya hewan dan tidak ada kepantasan bagi mereka untuk
dihormati dan tidak ada kemuliaan bagi mereka, sekalipun manusia adalah mahluk
ciptaan tuhan yang paling sempurna secara anatomi, karena yang menjadi tolak
ukur pantas tidaknya manusia untuk dihormati dan mulia adalah bagaimana mereka
dapat menggunakan akal mereka dalam kehidupan ini.
Arestoteles dengan tegas menyatakan
“Pikiran [akal] sangat penting bagi mahluk hidup
yang menginginkan dirinya menjadi manusia.” Sehingga
akal dapat dijadikan sebagai status atau jati diri mahluk hidup. Jika manusia
dapat menggunakan akalnya dengan baik, maka mereka memilih untuk menjadi
manusia, akan tetapi jika manusia tidak dapat menggunakan akal mereka dengan
baik, berarti mereka memilih untuk menjadi dan bergabung dengan species hewan. Pendapat Arestoteles
ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-a’raf
: 179;
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا
لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ
بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ
بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS.Al-a’raf
: 179)
Manusia dan hewan
sama-sama memilik hati, mata dan telinga dengan fungsi yang tidak jauh berbeda.
Akan tetapi disaat manusia tidak dapat menggunakan panca indera mereka dengan
control system akal, karena akal merupaka suatu system yang dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, maka mereka tidak ubahnya hewan yang hanya
mengikuti alur kehidupan. Didalam ayat diatas Allah dengan tegas menyatakan
bahwa manusia yang punya hati, punya mata, punya telinga namun tidak dapat
dipergunakan dengan sebaik-baikanya maka mereka sejajar dengan hewan bahkan
lebih rendah derajatnya dari hewan disaat perilaku mereka lebih kejam, lebih
ammoral dari hewan. Maka disinilah pentingnya belajar ilmu pengetahuan bagi
manusia untuk dapat menjalankan akal dengan sebaik-baiknya, belajar bagaimana
manusia untuk dapat menggunakan akal mereka menuju kemuliaan yang hakiki, yang
tentunya membutuhkan proses yang cukup panjang untuk dapat sampai pada derajat
manusia hakiki.
“Sesuatu Yang Pantas Dihormati Sudah Pasti
Mulia, Sesuatu Yang Tidak Pantas Dihormati Sudah Pasti Tidak Mulia.
“Tidak Semua Manusia Hidup Berakal,
Hanyalah Mereka-mereka Yang Mau Menjadi Manusia Yang Akan Terus Berusaha Untuk
Menjadi Manusia-manusia Berakal Dan Mulia”
Pamekasan, 2/12/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar