BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai dari
sebuah informasi dalam proses pengambilan keputusan adalah sangat berharga,
karena hanya dengan informasi yang baik dan benar seorang manajer dapat
mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan pada masa yang akan datang.
Pada umumnya pengambilan keputusan akan lebih
baik jika didasarkan atas analisa dan penilaian yang cermat dari pada keputusan yang hanya
didasarkan atas instuisi.
B. Rumusan Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini kami selaku penulis mengangkat permasalahan-permasalahan
sebagai berikut:
- Apakah yang dimaksud dengan pembuatan keputusan?
- Bagaimanakah peran sistem informasi manajemen pada tahap pengembalian keputusan?
- Bagaimanakah proses pengambilan keputusan?
- Apa sajakah teori pengambilan keputusan itu?
- Bagaimanakah model perilaku pengambilan keputusan organisasi itu?
- Bagaimanakah penerapan model keperilakuan pengambilan keputusan SIM?
- Apa sajakah sistem pendukung keputusan itu?
C. Tujuan Pembahasan
Dari permasalahan-permasalahan di atas, kami
memiliki tujuan sebagai berikut:
- Ingin mengetahui definisi dari pengambilan keputusan.
- Dapat mengetahui peran sistem informasi manajemen pada tahap pengembalian keputusan.
- Mengetahui proses pengambilan keputusan.
- Ingin mengetahui teori pengambilan keputusan.
- Dapat mengetahui model perilaku pengambilan keputusan organisasi.
- Mengetahui penerapan model keperilakuan pengambilan keputusan SIM.
- Ingin mengetahui sistem pendukung keputusan.
D. Manfaat Penulisan
Dalam
pembuatan makalah ini, kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan sarannya
yang membangun dari para pembaca. Dan semoga pembuatan makalah ini bisa bermanfaat
bagi para pembaca terutamanya dalam pengambilan keputusan untuk sistem
informasi manajemen yang mana keputusan itu sangatlah penting sekali untuk
menciptakan sebuah organisasi yang optimal dan sesuai dengan keinginan.
Amien....
BAB II
KAJIAN
TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Definisi Pembuatan Keputusan
Salah satu
kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk
mengambil keputusan-keputusan yang tepat yang akan dapat memperbaiki hasil
sistem keseluruhan dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian pengambilan
keputusan adalah suatu proses pemilihan dari berbagai alternatif baik
kualitatif maupun kuantitatif untuk mendapat suatu alternatif terbaik guna
menjawab masalah atau menyelesaikan konflik (pertentangan).
Proses
penurunan suatu keputusan mengandung empat unsur :
1. Model : Model menunjukkan gambaran suatu
rnasalah secara kuantitatif atau kualitatif.
2. Kriteria: Kriteria yang dirumuskan menunjukkan
tujuan dari keputusan yang diambil. Jika terdapat beberapa kriteria yang saling
bertentangan, maka pengambilan keputusan harus melalui kompromi (misalnya
menambah jasa langganan dan mengurangi persediaan, maka keputusan mana yang
diambil perlu kompromi).
3. Pembatas:
Faktor-faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah
pengambilan keputusan. Misalnya dana yang kurang tersedia.
4. Optimalisasi: Apabila masalah keputusan telah
diuraikan dengan sejelas jelasnya, maka manajer menentukan apa yang diperlukan
(kriteria) dan apa yang diperbolehkan (pembatas). Pada keadaan ini pengambil
keputusan siap untuk memilih pemecahan yang terbaik atau yang optimal.
B. Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pada
Pengambilan Keputusan
Dukungan
sistem informasi manajemen pada pembuatan keputusan dalam suatu organisasi
dapat diuraikan menurut tiga tahapan proses pembuatan keputusan, yaitu
pemahaman, perancangan (design), dan pemilihan. Dukungan SIM biasanya
melibatkan pengolahan, file komputer maupun non komputer. Pada tahap pemahaman
hubungannya dengan SIM adalah pada proses penyelidikan yang meliputi pemeriksaan
data baik dengan cara yang telah ditentukan maupun dengan cara khusus. SIM
harus memberikan kedua cara tersebut. Sistem Informasi sendiri harus meneliti
semua data dan mengajukan permintaan untuk diuji mengenai situasi-situasi yang
jelas dan menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus menyediakan
saluran komunikasi untuk masalah-masalah yang diketahui dengan jelas agar
disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalah-masalah tersebut
dapat ditangani. Pada tahap ini juga perlu ditetapkan
kemungkinan-kemungkinannya. Dukungan SIM memerlukan suatu data base dengan data
masyarakat, saingan dan intern ditambah metode untuk penelusuran dan penemuan
masalah-masalah.
Pada tahap
perancangan (design), kaitannya dengan SIM adalah membuat model-model keputusan
untuk diolah berdasarkan data yang ada serta memprakarsai pemecahan-pemecahan
alternatif. Model-model yang tersedia harus membantu menganalisis
alternatif-altematif. Dukungan SIM terdiri dari perangkat lunak statistika
serta perangkat lunak pembuatan model lainnya. Hal ini melibatkan pendekatan
terstruktur, manipulasi model, dan sistem pencarian kembali data base.
Pada tahap
pemilihan, SIM menjadi paling efektif apabila hasil-hasil perancangan disajikan
dalam suatu bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah
dilakukan pemilihan, maka peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk
umpan balik dan penilaian kemudian. Dukungan SIM pada tahap pemilihan adalah
memilih berbagai model keputusan melakukan analisis kepekaan (analisis sensitivitas)
serta menentukan prosedur pemilihan.
Dukungan
SIM untuk pembuatan keputusan terdiri dari suatu database yang lengkap,
kemampuan pencarian kembali database, perangkat lunak statistika dan analitik lainnya,
serta suatu dasar model yang berisi perangkat lunak pembuatan model-model
keputusan. Pada dasarnya peranan SIM tersebut pada proses pemahaman, .yang
menyangkut penelitian lingkungan untuk kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan.
Istilah pemahaman disini mempunyai arti sama dengan pengenalan masalah.
Kemudian pada proses perancangan serta pada proses pemilihan. Sering orang
menyatakan bahwa komputer akan mengambil keputusan, ini merupakan suatu pernyataan
yang salah kaprah dan tidak mengetahui letak peranan komputer serta bagaimana
suatu proses pengambilan keputusan dilakukan. Keputusan sebenarnya hanya dapat
diambil atau dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, manusia pengambil
keputusan harus selalu menjadi bagian dari suatu pemilihan.
Suatu
aturan keputusan atau suatu program komputer hanya membantu dengan memberikan
dasar untuk suatu keputusan, akan tetapi pemilihan keputusan dilakukan oleh
seorang manusia. Pernyataan komputer mengambil keputusan pada umumnya
didasarkan atas anggapan bahwa beberapa keputusan dapat diprogramkan, sedangkan
keputusan-keputusan yang lain tidak. Hal ini mengingatkan bahwa klasifikasi
tentang keputusan terprogram dan tidak terprogram sangat penting untuk
perancangan SIM.
Ada suatu
kecenderungan di antara para perancang SIM untuk beranggapan bahwa suatu
database (pusat data) saja akan banyak memperbaiki pengambilan keputusan.
Pandangan demikian sebenarnya telah mengabaikan akan adanya tiga unsur dalam
pengambilan keputusan yang berperan penting, yaitu; data, model atau prosedur
keputusan, dan pengambil keputusan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
dapat diperbaiki dengan data yang lebih baik, model keputusan yang lebih baik,
atau pengambil keputusan yang lebih baik (lebih terlatih, lebih banyak
pengalaman, dan sebagainya).
Pada
dasarnya, suatu sistem informasi memiliki sifat yang hampir sama dengan sistem
produksi yang mengkonversikan bahan baku menjadi produk yang mungkin langsung
digunakan oleh konsumen atau menjadi bahan baku untuk fase konversi berikutnya.
Sistem informasi mengkonversi data kasar menjadi suatu laporan yang dapat
dipakai atau menjadi input untuk proses lanjutan. Banyak manajemen yang tidak
puas dengan sistem informasi mereka dan secara tajam langsung menyalahkan
sistem komputer.
C. Proses Pengambilan Keputusan
Model yang
bermanfaat dan terkenal yang diajukan oleh Herbert A. Simon akan digunakan
sebagai dasar untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan. Model ini terdiri
dari tiga tahap pokok, yaitu:[1]
1. Penyelidikan: Mempelajari lingkungan atas
kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji
untuk dijadikan petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan.
2. Perancangan: Mendaftar, mengembangkan, dan
menganalisis arah tindakan yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk
memahami persoalan, menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan
tersebut.
3. Pemilihan:
Memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada. Pilihan ditentukan dan
dilaksanakan.
Jadi,
proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan sampai
perancangan dan kemudian pada pemilihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya
mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Jadi tahapan
tersebut merupakan unsur-unsur sebuah proses yang berkesinambungan.
Sebagai
contoh, pilihan pilihan mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap
perancangan untuk menerbitkan pemecahan taambahan.[2]
Penyelidikan
|
Perancangan
|
Pemilihan
|
Gambar: Bagan arus proses keputusan
Kekuatan yang menggerakkan
proses pengambilan keputusan dapat berupa ketidakpuasan atas keadaan saat itu
atau imbalan yang diharapkan dari keadaan baru. Dalam kasus ketidakpuasan,
kekuatan penggerak adalah penemuan sebuah persoalan. Dalam hal imbalan yang
diharapkan, adalah hasil pencarian peluang.
Cara lain untuk menjelaskan
proses pengambilan keputusan adalah dalam arti suatu kegiatan bersinambung yang
digerakkan oleh sebuah sasaran mengubah sistem ( bisnis, departemen, keluarga,
dan sebagainya) dari keadaan sekarang menjadi suatu keadaan baru. Keadaan yang
diharapkan atau tujuan mengakibatkan suatu pencarian cara mencapainya. Proses
ini sering disebut “analisis cara tujuan” (means end analysis).
Beberapa model pengambilan
keputusan lebih banyak menekankan pada umpan balik hasil keputusan. Sebagai
contoh, Rubenstein dan Harberstroh mengusulkan langkah-langkah berikut ini:
1. Pengenalan persoalan atau kebutuhan untuk
pengambilan keputusan.
2. Analisis dan laporan alternatif-alternatif.
3. Pemilihan diantara alternatif yang ada.
4. Langkah lanjutan dan umpan balik hasil
keputusan.
Kedua model
tersebut tidak saling bertentangan. Model Simon pada dasarnya mengatakan bahwa
pelaksanaan adalah keputusan dan bahwa keputusan lain diperlukan untuk langkah
selanjutnya.
Model Simo
n adalah
relevan bagi perancangan sistem informasi manajemen. Relevansi ini diuraikan
untuk ketiga tahap model Simon.[3]
Tahap proses
|
Relevansi terhadap SIM
|
Penyelidikan
|
Proses pencarian
melibatkan suatu pengujian data baik dalam cara yang telah ditentukan dahulu
maupun dalam cara khusus. SIM harus menyediakan kedua fasilitas tersebut.
Sistem informasinya sendiri harus memeriksa semua data dan menimbulkan suatu
permintaan uji pada manusia atas situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik
SIM maupun organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk persoalan
yang diterima agar dialirkan ke atas dalam organisasi sampai diambil suatu
tindakan terhadapnya.
|
Perancangan
|
SIM harus memiliki
model-model keputusan untuk mengolah data dan menimbulkan pilihan pemecahan.
Model tersebut harus membantu dalam menganalisis pilihan/alternatif.
|
Pemilihan
|
Sebuah SIM adalah paling
efektif bila hasil rancangan disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong
keputusan. Bila pilihan telah diambil, peranan SIM berubah menjadi
pengumpulan data untuk umpan balik dan penaksiran kelak.
|
D. Teori Pengambilan Keputusan
Teori
pengambilan keputusan menekankan bahwa terdapat tujuh langkah yang harus
ditempuh, yaitu:[4]
1. Identifikasi permasalahan yang dihadapi
Ada
ungkapan yang mengatakan bahwa suatu “permasalahan yang sudah dikenali
hakikatnya dengan tepat sesungguhnya sudah separo terpecahkan.” Ungkapan ini
mempunyai tiga implikasi, yaitu:
a). Bahwa mutlak perlu mengenali secara mendasar
situasi problematik yang menimbulkan ketidakseimbangan dalam kehidupan
organisasi atau perusahaan.
b). Pengenalan secara mendasar berarti “akar”
penyebab timbulnya ketidakseimbangan harus digali sedalam-dalamnya.
c). Mengambil keputusan tidak boleh puas hanya
dengan diagnosis gejala-gejala yang segera tampak. Jika hanya gejala yang
diidentifikasikan, sangat mungkin “terapinya” pun hanya mampu menghilangkan
gejala tersebut. Padahal yang harus dihilangkan adalah “sumber penyakitnya”.
2. Pengumpulan data
Berangkat
dari pandangan bahwa pengambilan keputusan memerlukan dukungan informasi yang
lengkap, mutakhir, dapat dipercaya, dan diolah dengan baik. Berarti bahwa dalam
pengumpulan data ada tiga hal yang mutlak mendapat perhatian, yaitu:
a). Pentingnya menggali data dari semua sumber yang
layak digali, baik secara internal maupun secara eksternal. Dari segi inilah
harus dilihat pentingnya akses bagi para pengolah data terhadap semua sumber
data.
b). Pentingnya untuk menjamin bahwa data yang
dikumpulkan relevan dengan permasalahan yang hendak diatasi.
c). Bahwa mutu data yang dikumpulkan haruslah
setinggi mungkin sehingga informasi yang dihasilkan akan bermutu tinggi pula.
3. Analisis data
Analisis
data harus mampu menunjukkan berbagai alternatif yang mungkin ditempuh untuk
memecahkan masalah. Oleh karena itu, analisis data diarahkan pada pembentukan
persepsi yang sama diantara berbagai pihak tentang arti data yang dimiliki,
dengan demikian memberikan interpretasi yang sama tentang data tersebut.
4. Analisis berbagai alternatif
Salah satu
tantangan yang dihadapi dalam mengambil keputusan ialah menemukan jawaban yang
paling tepat terhadap pertanyaan: Apakah dalam mengambil keputusan harus selalu
terdapat berbagai alternatif? Pertanyaan ini penting karena jika seorang
pengambil keputusan dihadapkan kepada hanya satu alternatif dan ia memutuskan
untuk menggunakan alternatif tersebut, yang bersangkutan sudah mengambil
keputusan. Bahkan teori pengambilan keputusan mengatakan bahwa jika seseorang
memutuskan untuk tidak mengambil keputusan, tindakannya itu adalah pengambilan
keputusan juga.
5. Pemilihan alternatif
Jika
dilakukan dengan cermat, analisis berbagai alternatif akan “memberi petunjuk”
tentang alternatif yang sebaiknya digunakan karena akan membuahkan solusi yang
paling efektif. Alternatif di pilih dengan demikian, merupakan alternatif yang
tampaknya paling baik. Pengalaman mengambil keputusan di masa lalu dan
keyakinan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang terbaik.
6. Implementasi (pelaksanaan)
Apakah
alternatif yang dipilih merupakan pilihan yang terbaik atau tidak diuji pada
waktu digunakan dalam arti mampu tidaknya menghilangkan situasi permasalahan
dan apakah permasalahan yang dihadapi tersebut dapat dipecahkan secara efektif
atau tidak.
7. Evaluasi (penilaian)
Hasil
pelaksanaan memerlukan penilaian yang objektif, rasional dan berdasarkan tolok
ukur yang baku. Seperti dimaklumi, hasil penilaian dapat menunjukkan bahwa
hasil yang di capai melampaui harapan, sekedar sesuia dengan sasaran atau
kurang dari sasaran. Kesemuanya itu menjadi bahan penting dalam mengelola
organisasi atau perusahaan di masa depan.
E. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Organisasi
Teori
pelaku pengambilan keputusan mencerminkan suatu sistem terbuka. Teori tersebut
lebih bersifat deskriptif daripada normatif. Empat paham penting yang
dipergunakan oleh Cyert dan March untuk menjelaskan pengambilan keputusan
organisasi, yaitu:[5]
1. Pemecahan semu pertentangan
Suatu
organisasi menunjukkan suatu persatuan dan penggabungan anggota-anggota yang
mempunyai tujuan dan kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tujuan
organisasi. Ada pertentangan diantara bermacam-macam tujuan dari anggota-anggota
organisasi. Pertentangan-pertentangan tersebut dipecahkan dengan tiga metode
sebagai berikut:
Relevansi terhadap SIM
|
Tahap proses
|
Proses pencarian
melibatkan suatu pengujian data baik dalam cara yang telah ditentukan dahulu
maupun dalam cara khusus. SIM harus menyediakan kedua fasilitas tersebut.
Sistem informasinya sendiri harus memeriksa semua data dan menimbulkan suatu
permintaan uji pada manusia atas situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik
SIM maupun organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk persoalan
yang diterima agar dialirkan ke atas dalam organisasi sampai diambil suatu
tindakan terhadapnya
|
Penyelidikan
|
SIM harus memiliki
model-model keputusan untuk mengolah data dan menimbulkan pilihan pemecahan.
Model tersebut harus membantu dalam menganalisis pilihan/alternatif.
|
Perancangan
|
Sebuah SIM adalah paling
efektif bila hasil rancangan disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong
keputusan. Bila pilihan telah diambil, peranan SIM berubah menjadi
pengumpulan data untuk umpan balik dan penaksiran kelak.
|
Pemilihan
|
2. Penghindaran ketidakpastian
Organisasi
berada pada lingkungan yang tidak pasti. Perilaku pasar, relevansir, pemegang
saham, pemerintah, dan sebagainya tidak dapat dipastikan. Teori pelaku
pengambilan keputusan organisasi menyatakan bahwa organisasi akan berusaha
menghindarkan resiko dan ketidakpastian dengan mengorbankan nilai yang
diharapkan. Beberapa metode yang digunakan untuk mengurangi atau menghindari
ketidakpastian adalah sebagai berikut:[6]
a).
Siklus umpan balik dan reaksi jangka pendek : Siklus umpan
balik yang pendek memungkinkan seringnya keputusan-keputusan yang baru, dan
dengan demikian mengurangi kebutuhan akan ketidakpastian yang akan datang.
b). Lingkungan yang dimusyawarahkan : Organisasi
berusaha mengendalikan lingkungannya dengan praktek-praktek konvensional dalam
industri (kadang-kadang bersifat membatasi seperti perilaku hubungan rahasia)
dengan persediaan jangka panjang atau perjanjian penjualan dan lain-lain.
3. Pencarian masalah
Pencarian
merupakan maslah yang di dorong dan diarahkan kepada penemuan pemecahan atas
masalah tersebut. Teori perilaku mempunyai dalil bahwa pencarian didasarkan
atas aturan-aturan yang agak sederhana sebagai berikut:
a). Pencarian setempat, baik yang dekat dengan
gejala maupun dengan pemecahan yang ada sekarang.
b). Apabila pencarian setempat tidak berhasil,
kembangkan pencarian tersebut pertama-tama pada bidang-bidang organisasi yang
lemah sebelum pindah ke bidang-bidang lainnya.
4. Pengetahuan organisasi
Organisasi
menunjukkan perilaku menyesuaikan diri sepanjang waktu. Organisasi mengubah
tujuannya dan memperbaiki prosedur pencarian berdasarkan pengalamannya.
Tujuan-tujuan pada tingkat keinginan dianggap berubah dalam menanggapi hasil
yang diperoleh.
F. Penerapan Model Keperilakuan Pengambilan Keputusan
Terhadap SIM
Teori keperilakuan
adalah sebuah model deskriptif dari pengambilan keputusan keorganisasian. Di
sini tekanannya adalah pada pemuasan, penghindaran ketidakpastian untuk
mengendalikan lingkungan, adanya tujuan yang tidak konsisten berdasarkan
persekutuan keorganisasian para anggota yang ada, dan perilaku penyesuaian
keorganisasian dengan berjalannya waktu.
Nilai utama
pola keperilakuan pada perancangan SIM adalah menyadarkan perancang pada pertimbangan-pertimbangan
keperilakuan. Perancang SIM mungkin tertarik pada rasionalitas, tetapi
pengambil keputusan mungkin menekankan pada penghindaran ketidakpastian.
Pemahaman keorganisasian dan perilaku penyesuaian adalah penting dalam
merancang prosedur informasi bagi sistem perencanaan dan pengendalian karena
adanya kebutuhan mengenal perubahan tujuan dan aspirasi.
G. Sistem Pendukung Keputusan
Di dalam
organisasi-organisasi publik, banyak keputusan yang tidak berulang (non-recurring/non-repetitive
decisions) yang harus dibuat oleh para manager atau pembuat keputusan.
Keputusan-keputusan itu biasanya bersifat sangat srtategis dan menghadapkan
para manajer pada situasi-situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh
sebab itu, Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) sangat penting
peranannya dalam membantu proses pembuatan keputusan dalam
organisasi-organisasi publik. Para manajer publik harus ditunjang dengan data
dan informasi yang akurat dan aktual untuk dapat membuat keputusan-keputusan
strategis yang dalam urusan-urusan publik.[7]
Parker
(1989:396) mengatakan bahwa decision support system (DSS) adalah suatu sistem
yang menyediakan sarana yang memungkinkan para manajer untuk mengembangkan
informasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keputusan yang akan dibuat.[8]
Ditinjau
dari struktur organisasi, jenis-jenis keputusan dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Keputusan administratif
Adalah
keputusan yang diambil oleh seorang administrator atau manajer puncak sebagai
pucuk pimpinan organisasi. Keputusan ini bersifat umum dan menyeluruh,
berfungsi sebagai landasan bagi kebijakan-kebijakan dan keputusan teknis
operasional oleh organisasi secara keseluruhan.
2. Keputusan eksekutif
Adalah
keputusan yang diambil manajer eksekutif. Kedudukan manajer eksekutif secara
umum berada diantara manajer administratif dan manajer operasional. Jadi tugas
manajer eksekutif adalah menerjemahkan gagasan-gagasan manajer administratif
dan mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam organisasi untuk melaksanakan
gagasan-gagasan tersebut.
3. Keputusan operasional
Adalah
keputusan yang diambil oleh seorang manajer operasioanl dalam rangka
pelaksanaan gagasan, arahan, dan kebijakan manajer diatasnya disesuaikan dengan
sistem koordinasi yang dikembangkan oleh manajer eksekutif.
Dari sistem
informasi pendukung keputusan, baik yang terotomasi maupun yang bersifat
manual, pada dasarnya pembuat keputusan dapat mengambil banyak manfaat besar,
antara lain:
1. Pengambilan keputusan yang rasional
Ialah
proses pengambilan keputusan yang lebih menekankan pada pengujian alternatif
tindakan berdasarkan fakta atau informasi yang jelas dan bukan hanya
berlandaskan pada dugaan subjektif dan dorongan emosional. Akal sehat (common
sense) memang sangat diperlukan di dalam pengambilan keputusan, tetapi
pemakaian akal sehat itu hendaknya disertai dengan informasi, argumen, dan
landasan yang jelas. Maka pengambilan keputusan rasional berproses melalui
beberapa tahapan, antara lain: identifikasi dan perumusan masalah, rumusan
alternatif pemecahan masalah, pertimbangan mengenai akibat dan konsekuensi yang
mungkin terjadi, dan akhirnya pemilihan kebijakan atau strategi sesuai dengan
tujuan.
2. Peramalan (forecasting)
Pengambilan
keputusan dalam banyak hal menyangkut perencanaan atau persoalan-persoalan yang
terjadi di masa yang akan datang. Data dan informasi yang tepat akan dapat
menjadi landasan bagi tugas-tugas peramalan mengenai hal-hal yang akan terjadi.
Tujuannya adalah mengendalikan apa yang mungkin terjadi sehingga keadaan yang
tercipta sesuai dengan kehendak pengambil keputusan.
Peramalan
yang dihasilkan berdasarkan data dan informasi itu secara umum dapat dibedakan
menjadi tiga yang berurutan menurut intensitas pemakaian informasinya, yaitu
sebagai berikut:
a). Conjecture (konjektur, dugaan), peramalan yang
lebih banyak menggunakan penilaian subjektif dan data kualitatif
b). Prediksi, peramalan yang menggunakan kerangka
teori dan inferensi data sebagai landasan
c). Proyeksi, peramalan yang menggunakan
ekstrapolasi kecenderungan (trend extrapolation) sebagai landasan
3. Membandingkan alternatif tindakan
Data dan
informasi yang baik akan merupakan landasan yang kuat untuk mengidentifikasi
berbagai rangkaian tindakan yang dapat dilaksanakan. Selanjutnya pengambil
keputusan dapat membandingkan alternatif tindakan mana yang paling mungkin dan
paling tepat untuk dilaksanakan. Variasi teknik di dalam membuat keputusan
optimal demikian banyak. Dan informasi yang lengkap akan memungkinkan pembuat
keputusan untuk membuat berbagai bentuk simulasi hasil keputusan sebelum
alternatif tindakan itu sendiri ditetapkan.
4. Membuat analisis dampak
Informasi
pendukung keputusan akan bermanfaat untuk melakukan analisis dampak dari
kebijakan-kebijakan yang hendak diterapkan. Yang perlu disadari oleh para
pembuat keputusan, ialah bahwa dalam setiap pelaksanaan keputusan akan selalu
terdapat implikasi terhadap kelompok masyarakat tertentu. Dengan demikian
setiap dampak dari sebuah kebijakan baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung harus senantiasa mendapat perhatian dari pembuat keputusan.
5. Membuat model
Secara
sederhana yang disebut pembuatan model (modelling) adalah upaya untuk
menggambarkan realitas dengan menggunakan berbagai bentuk replika yang lebih
padat dan yang lebih ringkas. Oleh karena itu model dapat berupa rumusan
matematis, uraian verbal, presentasi grafis atau geometris, dan sebagainya.
Sesuai dengan tingkat pengembalian keputusan, suatu model dapat berbentuk
sederhana, hanya menggambarkan sebuah aspek atau komponen situasi, tetapi juga
dapat berbentuk sangat kompleks jika akan diusahakan untuk menggambarkan sistem
sosial ekonomi secara keseluruhan.
Karena
biasanya model relatif lebih ringkas dan mudah dipahami, model dapat
dimanfaatkan untuk membantu peramalan, membandingkan alternatif tindakan yang
bisa dilaksanakan, dan menggambarkan situasi permasalahan yang tengah dihadapi
oleh pembuat keputusan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha, mulai
dari badan usaha kecil yang tidak mencari keuntungan sampai pada
perusahaan besar yang mencari keuntungan membutuhkan informasi akuntansi yang
digunakan sebagai alat perencanaan, pengawasan maupun sebagai dasar pengambilan
keputusan. Dalam rangka pengambilan keputusan manajemen harus mempertimbangkan
tindakan-tindakan alternatif.
B. Saran
Kami
menyarankan kepada semua pengguna Sistem Informasi Manajemen untuk
memperhatikan aspek-aspek dalam pemgambilan keputusan. Misalnya: jenis-jenis,
tingkat pengambilan keputusan dan menganalisis keputusan agar tujuan perusahaan
tercapai secara optimal dan seperti apa yang diharapkan. Amien.
KAJIAN PUSTAKA
- Moekijat. Pengantar Sistem Informasi Manajemen Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1996.
- Siagian, Sondang P. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
- Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I Pengantar. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 2002.
- Davis, Gordon B. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian II Struktur dan Pengembangannya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 1999.
- Scott, George M. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.
- Kumorotomo, Wahyudi dan Subando Agus Margono. Sistem Informasi Manajemen Dalam Organisasi-Organisasi Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998.
[1] Gordon
B. Davis, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen-Bagian I
Pengantar (Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo), hlm. 125.
[5] Moekijat,
Pengantar Sistem Informasi Manajemen-Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), hlm. 119.
[7] Wahyudi
Kumorotomo dan Subando Agus Margono, Sistem Informasi Manajemen Dalam
Organisasi-Organisasi Publik (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press),
hlm. 263.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar