Senin, 28 Mei 2012

DIMANA LETAK KESUKSESAN DIKNAS DALAM DUNIA PENDIDIKAN


Hari ini (26/05/2012) adalah hari dimana peredikat abiturient disandang oleh adik-adik siswa-siswi SMA dan yang sederajat, setelah tiga tahun menjalani masa-masa indah disekolah bersama teman-teman dan guru mereka dengan penuh canda dan tawa.
Yang tidak kalah pentingnya adalah peroses dimana mereka pendapatkan sesuatu (Pendidikan) yang tidak semua anak-anak sebaya mereka bisa mendapatkannya. Intelektualitas mereka diasah sedimikian rupa sehingga pada ahirnya mereka menjadi orang-orang yang berguna bagi diri sendiri dan bagi orang laian serta dapat menularkan apa-apa yang telah mereka peroleh dari dunia pendidikan ketika mereka dibutuhkan. 
Berdasarkan definisi UAN seperti apa yang telah dikemukakan oleh Mentri Pendidikan Nasianl M Nuh ujian nasional itu adalah bagian dari sistem evaluasi. Sistem evaluasi itu adalah bagian dari proses belajar mengajar. Sehingga kalau diistilahkan ujian nasional itu sebagai pohonnya maka sistem proses belajar mengajar itu sebagai hutannya. Jangan sampai gara-gara kita memperdebatkan urusan pohon tadi, hutannya menjadi tidak terawat,” maka jelas sekali bahwa pendidikan itu adalah wahana dimana seseorang (murid) bergerak untuk berkereasi mencari jati diri, yang mana didalamnya sudah tersedia orang-orang (guru) yang sudah siap untuk membina, membimbing serta memberikan arahan bagaimana menuju masa depan yang lebih baik, dan bagaimana menata kehidupan lebih nyaman.
Benar apa yang diungkapakan oleh Mendiknas M Nuh yang menganalogikan UAN sebagai pohon sedangkan proses belajar mengajar adalah hutannya. Sehingga untuk menciptakan pohon-pohon yang yang berualitas, maka haruslah melihat letak geografis hutan itu sendiri. Jika pohon-pohon itu berdiam dalam hutan yang tanahnya subur gembur, saya yakin pohon-pohon yang ditanam akan tumbuh dengan kualitas yang mumpuni dan layak jual dan tidak perlu susah-susah untuk mempromosikannya pada halayak bahwa ini adalah pohon yang bagus dan sebagainya, karena publik sudah pasti mengetahui bahwa pohon-pohon yang tumbuh didalam hutan yang gembur dan subur sudah barang pasti berkualitas baik.
Ketika kita melihat kelulusan siswa/i diberbagai sekolah, hampir 100% lulus. Angka kelulusan ini telah menjadi tolak ukur, bahwa ketercapaian pendidikan dalam mendidik peserta didiknya sudah dapat dikatkan berhasil dalam dunia pendidikan. Hutan yang subur akan menghasilkan Pohon yang baik, dan pohon yang  akan menghasilkan buah yang baik pula. Hukum kausalitas tidak dapat kita pungkiri dalam kehidupan ini, namun entah kenapa hukum kausalitas itu malah justru berbanding terbalik dalam dunia pendidikan. Kenapa saya berkata demikian..? Kelulusan adalah sebuah bentuk dari ketercapaian (prestasi) dari peroses belajar mengajar, guru sukses dalam menularan ilmu pengetahuannya, murid sukses dalam menerima apa yang telah disampaiakan oleh sang guru, jadi antara guru dan siswa sama-sama mendapatkan prestasi dalam hal ini.
Perlukiranya saya menjelaskan lebih dulu apa itu Prestasi sebelum sya melanjutkan tulisan ini lebih jauh.
Pengertian prestasi menurut beberapa pendapat sebagai berikut:
  1. Muray dalam Beck (1990 : 290) mendefinisikan prestasi sebagai berikut : “To overcome obstacle, to exercise power, to strive to do something difficult aswell and as quickly as possible” (Kebutuhan untuk prestasi adalah mengatasi hambatan, melatih kekuatan, berusaha melakukan sesuatu yang sulit dengan baik dan secepat mungkin).
  2. Gagne menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu:kemampuanintelektual,strategikognitif, informasi verbal, sikap danketerampilan.
  3. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990:110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
  4. W.J.S Poerwadarminta,berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai(dilakukan,dikerjakan,dan sebagainya).
  5. Mas’ud Said Abdul Qahar, persatasi adalah apa yang telah kita dapat ciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan.
  6. Nasrun Harahap dkk, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perekembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serat nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Dari beberapa pengertian daiatas dapat disimpulkan bahawa perestasi adalah sebuah pencapaian seseorang dalam melaksanakan sesuatu, diaman hasil pencapaian itu diapresiasikan atau dapat dilihat melalui kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketika berbagai elemen pendidikan berpendapat bahwa angka kelulusan yang tinggi itu menandakan bahwa proses belajar mengajar dalam duania pendidikan sudah sukses dan sekolah-sekolah berhak mendapatkan perestasi atas apa yang diraihnya. Menurut saya itu adalah suatu anggapan yang tidak realistis dan secara hukum kausalitas tidaklah sesuai. Ketidak sesuaia itu dapat kita lihat dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh anak didik, pada saat mereka menerima pengumuman kelulusan, mereka merayakannya dengan konvoi, arak-arakan dan mencorat coret seragam bahkan lebih parah lagi ada yang mengganggu masyarakat hingga menyesahkan masyarakat. Kesuksesan itu seharusnya dapat dibuktikan dengan adanya kualiatas output yang dapat dipertanggung jawabkan, bukan hanya memandang pada kuantitas saja. Selama ini para pendidik cendrung menilai kesuksesan anak didiknya dengan sebelah mata, padahal fungsi dari pendidikan bukan hanya untuk menghasilkan kuantitas, akan tetapi juga dapat menghasilkan kualitas.
Tugas seorang pendidik ialah memanusiakan manusia. Para pembina pendidikan punya visi terhadap usaha pemanusiaan manusia. Mereka tidak boleh tenggelam dalam peroses otomatisasi pendidikan, tapi harus berani meletakkan dasar moral dan spritual bagi pengembangan pendidikan.[1]
Ada dua kata yang perlu kita fahami Dari apa yang ditulis oleh Piet: yang Pertama adalah pemanusiaan manusia. Pendidikan adalah wadah pencetak manusia, membuat perubahan pada ketidak nyataan manusia menjadi wujud yang nyata dengan membentenginya dengan intlegensi, menuju setrata sosial yang lebih baik dan lebih memahami akan makna-makna kehidupan, baik kehidupan dihari ini maupun kehidupan dimasa yang akan datang. Kedua ialah kata moral dan spritual. Dimana para pendidik dituntut untuk berani meletakkan dasar moral dan spritual demi perkembangan pendidikan. Moral dan spritual adalah life control bagi semua orang dalam kehidupan sosial, tidak adanya moral bagi sesorang, maka mereka akan terasingkan dari lingkungannya dimana mereka tinggal. Sedangkan spritual menurut beberapa pendapat adalah:
  1. Mickley et al (1992) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multi dimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
  2. Sedangkan Stoll (1989), menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi: dimensi vertikal adalah hubungan denganTuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimersi tersebut.
  3. Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut: 1). Berhubungan. dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidak pastian dalam kehidupan. 2). Menemukan arti dan tujuan hidup. 3). Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 4). Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa spritual berfungsi sebagai internal control system yang mengatur atau mengarahkan seseorang dalam menjalin hubungan dengan Tuhannya dan dengan sesama mahluk hidup dengan baik. Yang terpenting dari spritual adalah seperti apa yang dikatakan oleh Burkhard ialah menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. Dimana dengan kekuatan dalam diri (Air, udara, bumi dan api) seseorang tersebut mereka bisa mengendalikan kehidupan mereka.
            Bersambung..............................





  





[1]. Piet A. Sahertian Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta PT. Reneka Cita 2000. Cet Pertama. Hal.165-166


Tidak ada komentar: