A.
LATAR BELAKANG
Madura
adalah bagian dari kepulauan Indonesia yang terletak di sebelah timur suramadu
dengan populasi penduduk berdasarkan data tahun 2010[1].
No
|
Keterangan
|
Bangkalan
|
Sampang
|
Pamekasan
|
Sumenep
|
1
|
Kecamatan
|
18
|
12
|
13
|
25
|
2
|
Kelurahan
|
11
|
6
|
5
|
4
|
3
|
Desa
|
273
|
180
|
178
|
328
|
4
|
Luas
Area
|
1,260
|
1,152
|
733
|
1,147
|
4
|
Penduduk
|
907,255
|
876,950
|
795,526
|
1,041,915
|
Dari data ini kalau dijumlahkan dari ke-empat kabupaten itu adalah 3,621,646 jiwa, dengan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dengan perbedaan karakter tesebut, maka terciptalah sebuah kebudayaan, yang beranika ragam budaya dalam kurun waktu yang berbeda pula. Di pulau Madura terdapat empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Dari ke-empat kabupaten itu, kita dapat menjumpai berbagai macam kebudayaan, seperti halnya kebudayaan kesenian music ghul-ghul yang dapat kita jumpai di Kabupaten Pamekasan tepatnya di desa buddagan kecamatan pademawu.
Kebudayaan lokal akhir-akhir ini tidak lagi banyak diminati oleh generasi muda, yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu tehnologi yang memudahkan budaya-budaya asing dengan leluasa masuk dan munupang tindih kebudayaan lokal. Disamping itu, juga diakibatkan oleh kurangnya pemeliharaan akan budaya itu sendiri, baik dari masyarakat atupun dari pemerintah yang berwenang. Oleh karena itu, kami selaku generasi muda, pantas kiranya bagi kami untuk lebih dekat dan mengetahui lebih dalam tentang cikal-bakal keberdaan dan existentsi kebudyaan yang ada dipulau Madura ini khususnya di kebudayaan yang ada di Pamekasan.
B.
ANALISIS PENELTIAN
1.
Sejarah Singkat Kesenian Musik Ghul-Ghul
Ghul-ghul merupakan budaya
kesenian musik yang juga termasuk pada gamelan. Kata Ghul-ghul itu
sendiri sebenarnya tidak mempunyai makna tetapi kata ghul-ghul tersebut hanya
sebutan dari masyarakat setempat. Tetapi kesenian ghul-ghul masih termasuk pada
kesenian yang didalamnya terdapat gamelan. Dimana Gamelan pada awalnya dibawa
oleh aliran-aliran Sunan Kalijaga yang pertama kali menyebarkan agama islam
lewat kesenian music. Gamelan pada masa itu dimainkan disebuah masjid dimana
bagi yang ingin melihat atraksi gamelan tersebut mereka dapat membayarnya dengan
membaca dua kalimat syahadat sebagai syarat untuk memasuki arena pementasan
gemelan yang dipentaskan.
Seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern, budaya gamelan
khususnya ghul-ghul disini sudah hampir mengalami kepunahan dengan masuknya musik-musik
modern yang didukung dengan mudahnya media informatika dalam mempopulerkan
budaya-budaya asing itu sendiri, sehingga budaya local yang cedrung gagap akan
dunia informatika, akan semakin tak dapat dilihat. Tetapi dengan adanya
partisipasi dan optimisme masyarakat pada kesenian ghul-ghul untuk membudayakannya,
walaupun hanya sebgian saja dari kalangan masyarakat yang peduli dan mau
berperan aktif sebagai pelaku dan pemilik dari kebudayaan itu sendiri. Maka
sangat mungkin kebudayaan kita akan tetap dalam kebugaran.
Seperti penelitian yang sedang kami teliti saat ini yaitu Budaya
Kesenian Musik Ghul-ghul di Desa Buddagan Kecamatan Pademamu Pamekasan. Budaya
kesenian musik Ghul-ghul di Desa Buddagan sampai saat ini masih ada dan
anggotanya semua masih exis, da masih lengkap, dimana ditambah dengan adanya
pancak silat yang anggotanya masih segar-segar dan muda-muda.
Berdasarkan hasil research yang lakukan atas keberadaan
budaya kesenian music ghul-ghul di Desa Buddagan Kecamatan Pademawu Kabupaten
Pamekasan ini, ternyata kebudyaan ini mengalami beberapa metamorphosis,
yang secara umum disebabkan karena adanya disstrukturalisasi. Adapun metamorphosis
yang dimaksud yaitu:
a.
Fase Pertama
Pada fase pertama ini kesenian musik ghul-ghul yang ada di desa
buddagan kecamatan galis ini dikenal dengan sebutan “Karang Taruna New
Samporna Bhakti” adapun Sejaraha dari titik awal tumbuh berkembangnya
kesenian ghul-ghul pada fase pertama ini kami tidak dapat memeberikan jawaban
yang pasti tentang semua itu, karena dari beberapa nara sumber yang kami
datangi tidak dapat memberikan jawaban pasti, kapan dan bagaimana kesenian ini
datang serta bagaimana proses tumbuh berkembangnya ditanah gerbang salam ini. “kalau
masalah titik awal kapan kesenian
ghul-ghul ini berdiri kami tidak tahu pasti, karena kami juga tidak mendapatkan
informasi tentang hal itu, dikarenakan para pelakunya sudah wafat, sehingga
kami juga kesulitan untuk mengetahuinya”. karena tidak ada informan yang tahu
pasti tentang sejarah awal berdirinya kesenian ini, karena memang semua alumni
dari karang taruna new samporna bakti tersebut sudah meninggal, dan ada pula yang
pindah tempat.
b.
Fase Kedua
Karang Taruna New Samporna Bhakti adalah nama dari kesenian
ghul-ghul di desa Buddagan saat pertama kali dibentuk sampai fase kedua masih
belum ada perubahan mengenai nama, manun dari segi kepengurusan bisa saja
berubah.
Kesenian musik ghul-ghul di Desa Buddagan Kecamatan Galis pada fase
kedua ini berdiri sejak tahun 2008 setelah beberapa lama istirahat, yang
diakibatkan oleh faktor kepengurusan yang sudah tidak lagi segar serta tidak
adanya kaderisasi yang dapat membantu bertahannya budaya itu sendiri..
Setelah beberapa tahun Kesenian musik ghul-ghul di Desa Buddagan
Kecamatan Galis terbentuk dan dengan masuknya atau perubahan zaman modernisasi,
Kesenian musik ghul-ghul Karang Taruna New Sampurna Bhakti di Desa Buddagan
Kecamatan Galis ini tersisihkan oleh musik-musik lain yang modern seperti
orkes, gambus dan semacamnya, sehingga Kesenian musik ghul-ghul Karang Taruna
New Sampurna Bhakti di Desa Buddagan Kecamatan Galis fakum kurang lebih selama
satu tahun diam seribu kata, gong tidak lagi bergaung tepatnya pada tahun 2010.
c.
Fase Ketiga
Setelah selama kurang lebih satu tahun lelap dalam istirahatnya Kesenian
musik ghul-ghul Karang Taruna New Sampurna Bhakti di Desa Buddagan Kecamatan
Galis ini muncul kembali menampakkan batang hidungnya dengan anggota-anggota
baru dan wajah-wajah baru serta tidak lupa juga tentunya dengan nama baru yaitu
“Karang Taruna Cobra” pada tahun 2012.
Pada fase ketiga inilah kami memfokuskan penelitian kami. Mungkin
dari fase pertama dan kedua, budaya Kesenian musik ghul-ghul di Desa Buddagan
Kecamatan Pademawu ini tidak ada yang menarik, namun pada fase ini kami sangat
antusias untuk lebih dalam mengetahui tentang Kesenian musik ghul-ghul yang ada
di Desa Buddagan Kecamatan Pademawu ini. Pada saat kami mengadakan wawancara
dengan pengurus Kesenian Musik Ghul-Ghul Karang Taruna Cobra Desa Buddagan,
yang kebetulan pada saat kami mendatangi tempat pertunjukan berlangsungnya
kesenian itu (17/03/2013/19:45), pengurus harian dari Kesenian Musik Ghul-Ghul
Karang Taruna Cobra Desa Buddagan yang kebetulan pada saat itu hadir dalam
acara itu, membantu kami untuk mendapatkan informasi lebih banyak tentang
keberadaan Kesenian Musik Ghul-Ghul Karang Taruna Cobra Desa Buddagan.
Wawancara kami lakukan sekitar jam 23:00, karena kami harus
menunggu selesainya acara, karena kami datang pada jam 19:45, kami tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mendapatkan informasi tentang kesenian
musik ghul-ghul ini dengan cara memperhatikan bagaimana dan apa isi dari
kesenian itu sendiri. Kami juga meninkmati hidangan yang disuguhkan oleh tuan
rumah dengan segelas fruite tea sambil menikmati tontonan atraksi dari para
pemain pencak silat dari kesenian music ghul-ghul Desa Buddagan.
Yang tidak terpikirkan bagi kami sebelumnya adalah, adanya
kolaborasi antara pemain dari kesenian itu sendiri, kesenian itu tidak hanya
dimainkan oleh orang tua dan dewasa saja, namun anak-anak yang masih usia SD
(laki-dan juga perempuan) bahkan ada yang masih kelas satu juga ikut andil
dalam kesenian itu. Sepanjang pengalaman saya, kalau seni pencak silat pada
umumnya dimainkan oleh orang-orang dewasa atau oaring tua. Namun lain halnya
dengan kesenian music ghul-ghul desa buddagan yang mayoritas dimainkan oleh
anak-anak, dan disela-sela istirahat saya (nadir) menyempatkan diri untuk
berwawancara dengan salah seorang anak, namanya adalah Al-Farisi yang masih
duduk dibangku kelas 4 SD. Berikut wawancara singkat kami:
Nadir “sampai jam berapa acara ini selesai dik”..?
Faris “sampai jam sebelas”
Nadir “adik tidak ngantuk kalo sampe` malem seperti ini”
Faris “tidak”
Nadir “kenapa adik suka ikut kesenian (pencak silat) ini”
Faris “yak arena senag aja”
Nadir “pasti disuruh sama orang tua ya..? ”
Faris “ya… karena mbah dan ayah saya juga ikut dulu”
Karena dia sibuk menyiapkan diri untuk berlaga akhirnya saya
cukupkan wawancara saya dengan Faris.
Setelah asyik nonton pertunjukan selama sekian jam, akhirnya kami
dapat mewawncarai informan, mereka adalah Arif Budiman (Penasehat), H. Abdussalam
(Ketua) dan Moh Husni (wakil ketua). Sebagai tamu maka sebelum kami memulai
wawancara bersama mereka, kami tidak segan untuk meminta maaf atas kedatangan
kami yang mungkin saja mengganggu aktivitas mereka, dan kemudian kami lanjutkan
wawancara kami. Berikut beberapa kutipan wawancara singkat kami dengan mereka:
Sebelum kami memulai wawancara dengan mereka, kami mengutarakan
maksud kedatangan kami. Setelah mereka tahu bahwa kami datang untuk meneliti
keberadaan budaya Madura, tiba-tiba bapak Moh Husni menyangkal pembicaraan
kami. “kenapa baru sekarang diadakan penelitian tentang kebudayaan Madura,
padahal kebudayaan ghul-ghul ini sudah lama ada.” Namun beliau sanagat
berterima kasih dan sanagat senang bisa didatangi oleh kami, dan mereka tidak
hanya berterima kasih kepada kami, mereka juga berterima kasih kepada pihak
kampus STAIN Pamekasan, karena kami adalah orang pertama yang mau meneliti dan
peduli atas budaya Madura (kebnudayaan music ghul-ghul);
Nadir “sebenarnya
apa arti dari ghul-ghul itu ya pak, hingga dipilih menjadi nama dari kesenian
ini.? ”
Husni “sebenarnya kata ghul-ghul itu
hanyalah sebutan dari masyarakat atas kesenian ini, masyarakat lebih mengenal
ghul-ghul dari pada karang taruna cobra, dan hal ini bukan hanya sekarang mas,
tapi sudah sejak dulu”
R.A Budiman “basa indonesiana pencak silat, ghul-ghul ca` madurana”
(menyambung jawaban pak Sutrisno).
Nadir “kalau
mengenai sejarah munculnya budaya ghul-ghul itu sendiri sejak kapan ya pak”..?
Husni “klo mengenai sejarah munculnya
kebudayaan ini, sebenarnya sudah sejak dulu mas, namun kami tidak tahu persis
kapan kebudayaan ghul-ghul ini muncul, ya dikarenakan para pelakunya sudah
tidak ada jadi kami tidak bisa menanyakan kapan munculnya kebudayaan ini.
Sehingga kebudayaan ghul-ghul ini sempat fakum. pada awal terbentuknya
kebudayaan ghul-ghul hingga tahun 2008 nama dari pencak silat ini adalah Karang
Taruna Sampuran Bhakti tapi dikarenakan sempat beberapa bulan fakum maka
dibentuk kembali pada tahun 2009 dengan nama Karang Taruna New Sampurna Bhakti
sampai tahun 2010. Dari tahun 2010 samapai tahun 2011 fakum lagi, pada tahun
2011 akhir kami berinisiatip unuk menghidupkan kembali, dan saya minta
persetujuan dari bapak budi dan pak budi setuju akan tetapi naamanya harus
dirubah jangan tetap memakai nama yang lama, “terus pake` apa pak budi Tanya
saya pada beliau” dan akhirnya beliau merubah dengan Karang Taruna Cobra”
Nadir “kenapa
pemain dari kesenian ini lebih didominasi oleh anak-anak, apa yang melatar
belakangi semua ini pak”.?
Husni “kenapa kami
lebih mengutamakan anak-anak yang masih dalam usia belia, karena kalo anak-anak
itu kan usianya masih panjang, jadi harapan kami supaya mereka mempunyai
kesempatan lebih lama untuk melestarikan kebudayaan ini.”
Nadir “berarti
pelaku utama yang ada didalam penbentukan kebudayaan ini adalah sampean
bertiaga ya pak”
H. Abdussalam “ia
betul”
Nadir “berarti
bapak bertiga adalah pioneer dari terbentuknya kebudayaan ini” (dengan nada penuh
senyum)
R.A Budiman “ya kalo
dikatakan pioneer si bukan, karena sebelum kami kebudayaan ini sudah ada yang
membentuk, tapi kalo dibilang penggagas si ia” (setelah tertawa bersama-sama
mendengar pertanyaan yang saya utarakan).
Terbentuknya kesenian Karang Taruna Cobra (pada fase ketiga) ini
tidak semudah pada fase kedua, karena pada fase kedua hanya melanjutkan yang
sebelumnya dengan pelaku yang sama, tapi berbeda pada fase ketiga ini. Pada
fase ketiga ini ternyata ada beberapa hal yang harus dilakukan bahkan harus dengan
pengurbanan demi terbentuknya kembali kebudayaan Ghul-ghul.
Mengenai hiruk pikuk perjalanan tiga serangkai demi terbentuknya
kembali kebudayaan musik Ghul-ghul di Desa Buddangan Kec. Pademawu, kami secara
terpisah mewawancarai bapak Husni di rumahnya (24/03/2013:19.30), dan beliau
memberikan jawaban yang sangat memuaskan bagi kami;
“kalo masalah proses
terbentuknya karang taruna cobra ini, dilator belakangi oleh keterharuan saya
ketika saya melihat alat-alat music ghul-ghul yang tidak dipakai. Oleh karena
itu, saya selama satu minggu tampa henti menabuh alat-alat musik ghul-ghu
dengan memakai loud speaker. Dan saya berharap masih ada orang yang peduli pada
kebudayaan ini. Setelah seminggu berlangsung, akhirnya datang pak Budi (R.A
Budiman) kemudian dia bertanya kepada saya “apa mau kamu.”.? saya menjawab.
Saya ingin memnghidupkan kembali kesenian ini, dan Alhamdulillah dia setuju.”
dan beliau tidak hanya memberikan kami jawaban tapi beliau juga
menyuguhkan kami pelepas dahaga, serta memutarkan dokumentasi pemintasan
kesenian music ghul-ghul pada fase kedua.
Menabuh genndang selama
seminggu menurut kami bukanlah hal yang mengasyikkan, kalau bukan demi cintanya
pada budaya dan untuk mempertahankan kebudyaan madura, saya kira semua itu
tidak mungkin mereka lakukan, apa lagi pada awal-awal mereka berjalan, tidak
sedikit biaya yang harus dikeluarkan supaya kesenian ghul-ghul dapat dikenal
oleh public. Bedasarkan penjelasan dari bapak Husni, supaya masyarakat lebih
mengenal kebudayaan musik ghul-ghul, maka bapak husni dan kawan-kawan
mementaskan kesenian music ghul-ghul
dalam berbagai even, diantaranya imtihanan di berbagai sekolah, PHBI dan
sebagainya, dan mereka tidak memungut uang sepeserpun dari pertunjukan yang mereka
lakukan.
Karang Taruna Cobra yang merupakan
reorgenisasi dari Karang Taruna New Sampurna Bhakti beranggotakan 47 orang
termasuk didalamnya anggota pancak silat. Dimana dalam setiap kegiatan ini
diadakan iuran sebesar 10.000,- bagi seluruh anggota dan bagi yang ingin
mengadakan.
Budaya ghul-ghul ini selalu diadakan setiap malam minggu atau
terkadang setengah bulan 1 kali. Dan biasanya tiap minggunya itu berpindah
tempat artinya bagi yang mengadakan. Dan biasanya sebelum acara tersebut
dimulai ada pemanasan-pemanasan terlebih dahulu yang dilakukan oleh Pembina
pancak silat tersebut, selain itu juga sebelum acara mulai para anggota yang
memainkan alat-alat music tersebut sudah memainkan alat-alatnya terlebih dahulu
sambil menunggu pembukaan oleh ketua. Selain itu juga sebelum acara dimulai ada
anggota yang akan mempersiapkan sarana-sarana lain atau alat-alat pendukung
yang nantinya akan dipakai berupa senjata tajam, seperti pisau clurit dll.
Mengenai proses selanjutnya tidak banyak proses yang harus dilakukan selain hal
yang tiga diatas karena hal ini hanya semacam pertunjukan biasa.
Tetapi biasanya sebelum memasuki hari-ha atau acara tersebut, para
anggota pancak silat yang tergabung dalam karang taruna cobra dilatih
kemampuannya agar staminanya semakin kuat dan Fit. Latihan tersebut dilakukan
sebanyak 1 minggu 3 kali agar para pemain-pemain juga bias belajar disiplin.
Pada saat pertunjukan berlangsung biasanya juga ada salah satu
seseorang yang akan melemparkan/menaburkan uang ke tengah lapangan, artinya
juga sebagai saweran dari para pemain yang nantinya itu juga sebagai hasil dari
mereka. Yang tujuannya selain sebagai alat penyawer juga sebagai alat untuk
menarik lawan yang nantinya akan saling berebut mendapatkan uang tersebut.
Diakhir acara juga biasanya terdapat antraksi dari macan sebagai hiburan.
2.
Tujuan Kesenian Ghul-Ghul Karang Taruna Cobra
Tujuan diadakannya kembali budaya kesenian ghul-ghul tersebut
Mengutip dari hasil wawancara dengan
Bapak Husni yaitu:
1.
Supaya
terjalinnya silaturrahmi antar sesama saudara.
2.
Untuk
Melestarikan Budaya Madura supaya tidak punah.
3.
Alat-alat Yang Digunakan
Beberapa alat yang digunakan sebagai pendukung budaya tersebut
yaitu antara lain:
1.
Gendang
2.
Gennong
3.
Gong
4.
Senjata-senjata
tajam (clurit, pisau, pedang dll)
5.
Tongkat
a.
Makna Dari Alat Kesenian Musik Ghul-Ghul
Makna dari salah satu alat yang digunakan dalam budaya music
ghul-ghul disini jika di kaitkan dengan agama islam yaitu:
1.
Gendang
: Makna dari gendang itu sendiri yaitu dalam bahasa madura “Pateppak-Pabendher”
kemudian apa yang dimaksud “Pateppak - Pabendher” itu sendiri? Yakni jawabannya
menurut Bapak Hosni “karena yang memukul gendang tersebut adalah jari-jari yang
5 maka dikaitkan dengan rukun islam yang 5, artinya kita harus benar-benar
menjalankan rukun islam yang 5 tersebut”. Kita harus memperbaiki sholat yang
tidak baik, melakukan pusa, membayar zakat dan termasuk juga yang lain.
2.
Gennong
: Makna dari gennong itu sendiri yaitu dikaitkan dengan Rukun Iman yang enam,
artinya kita harus yakin dengan adanya tuhan, malaikat, dan yang sudah tertera
dalam rukun iman.
3.
Gong
: Makna dari gong itu sendiri ada dua. Karena gong tersebut ada dua macam yaitu
gong kecil dan gong besar.
4.
Makna
Gong kecil : dalam bahasa Madura “Pabendher”
5.
Makna
Gong besar : dalam bahasa Madura “Ongghuwen”
b.
Korelasi Antara Gerakan Pancak Silat Dengan Musik
Mengutip hasil wawancara Bapak hosni selaku wakil ketua dari acara
tersebut beliau mengatakan bahwasanya hubungan antara pemain/gerakan pancak
silat dengan musik yang dipakai tidak ada hubungan, tetapi hanya sebagai pengiringnya
saja, supaya atraksi kesenian itu lebih
meriah dan mudah diketahui oleh orang.
C.
KESIMPULAN
Ghul-ghul merupakan Budaya
kesenian musik yang salah satu alat musiknya adalah gamelan. Kata Ghul-ghul
itu sendiri sebenarnya tidak mempunyai makna tetapi kata ghul-ghul tersebut
hanya sebutan dari masyarakat setempat.
Seiring dengan
kemajuan zaman yang semakin modern, budaya gamelan khususnya ghul-ghul disini
sudah hampir mengalami kepunahan dengan masuknya musik-musik modern. Tetapi
dengan adanya partisipasi dan optimisme masyarakat pada kesenian ghul-ghul
tersebut ada sebagian dari mereka yang masih mau membudayakannya, walaupun
tidak banyak yang penting masih ada yang mau membudayakan budaya loka.
Kebudayaan kesenian music ghul-ghul ini mengalami tiga fase:
a.
Fase Pertama
Pada fase pertama ini kesenian musik ghul-ghul yang ada di desa
buddagan kecamatan galis ini dikenal dengan sebutan “KARANG TARUNA
SAMPORNA BHAKTI” adapun Sejaraha dari titik awal tumbuh berkembangnya
kesenian ghul-ghul pada fase pertama ini, tidak ada yang tau pastinya kapan
kebudayaan ini ada.
b.
Fase Kedua
KARANG TARUNA NEW SAMPORNA BHAKTI
adalah nama dari kesenian ghul-ghul di desa Buddagan pada fase pertama kali
dibentuk sampai fase kedua hanya saja ada penambahan kata New saja..
Kesenian musik ghul-ghul di Desa Buddagan Kecamatan Galis pada fase kedua ini
berdiri sejak tahun 2008 setelah beberapa lama istirahat (dari fase pertama)
sampai 2010.
c.
Fase Ketiga
Setelah selama
kurang lebih satu tahun lelap dalam istirahatnya Kesenian musik ghul-ghul
Karang Taruna New Sampurna Bhakti di Desa Buddagan Kecamatan Galis ini muncul
kembali menampakkan batang hidungnya dengan anggota-anggota baru dan wajah-wajah
baru serta dengan nama baru yaitu “KARANG TARUNA COBRA” pada tahun 2011 hingga
sekaran masih dapat kita jumpai.
Dari kebudayaan ini, satu hal yang dapat kami tekankan bagi para
pembaca, bahwasanya kebudayaan music ghul-ghul pada fase ketiga ini lebih
memanfaatkan generasi muda yang masih dalam masa adaptasi dengan lingkungan
sekitar, sehingga kesempatan serta kelestarian budaya ini cukup panjang dan
minim peluang untuk terjadinya kepunahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar