KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang seperti suasana saat ini. Tujuan pembuatan makalah
ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah dibimbing
oleh dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada segenap yang sudah membantu dalam pembuatan
makalah ini yaitu kepada kelompok kami, teman-teman mahasiswa, orang tua kami,
serta dosen pembimbing kami yang telah mendoakan dan memberikan motivasinya
kepada kami sehingga pembuatan makalah ini selesai dengan tepat waktu dan tanpa
halangan suatu apapun.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafannya. Oleh
karena itu, kepada para pembaca kami mohon saran dan kritiknya yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Pamekasan, 24 Desember 2010
Penulis,
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
.........................................................................................
i
HALAMAN
PENGESAHAN
...........................................................................
ii
KATA
PENGANTAR
.......................................................................................
iii
DAFTAR
ISI
......................................................................................................
iv
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah..............................................................................
3
C. Tujuan
pembahasan............................................................................
3
D. Manfaat
Penulisan..............................................................................
4
BAB
II : KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Indonesia
............................................................ 5
1. Pengertian beberapa istilah
Bahasa Indonesia ............................ 5
2. Bahasa Indonesia pasca
proklamasi ............................................ 7
3. Fungsi Bahasa Indonesia
............................................................. 7
4. Periodisasi sastra Indonesia
......................................................... 8
B. Keterampilan
Membaca.....................................................................
10
1. Pengertian keterampilan membaca
.............................................. 10
2. Tujuan membaca
.........................................................................
11
3. Efektifitas membaca
.................................................................... 12
4. Pengetahuan tentang teknis
membaca ......................................... 13
5. masalah umum dalam membaca
................................................. 14
6. Tipe-tipe pembaca yang tidak
efisien ......................................... 15
7. Pandangan yang salah dalam
membaca ...................................... 17
BAB III : PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................
19
B. Saran
..................................................................................................
20
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................
21
LAMPIRAN
.......................................................................................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membaca
sebagai bagian pembelajaran bahasa. Meskipun dewasa ini ada puluhan teknik
pengajaran bahasa dilontarkan dan dikenalkan oleh pakar pendidikan dan
pengajaran bahasa, tampaknya elemen dasar pendidikan bahasa secara tradisional
tetap tidak dapat dibuang begitu saja. Elemen dasar seperti mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis dan seringkali juga menerjemahkan, tetap menjadi
bagian tidak terpisahkan dalam teknik pengajaran bahasa yang mana saja. Salah
satu aspek elemen dasar kegiatan pembelajaran bahasa, khususnya yang berhubungan
dengan kegiatan membaca, yaitu aspek mekanis kegiatan dan kemampuan
membaca.
Salah satu
unsur penting dalam menejemen diri adalah membangun kebiasaan untuk terus
menerus belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan
informasi dan pengetahuan. Tidak peduli berapapun usia kita, jika kita berhenti
belajar berarti kita sudah tua, sedangkan jika senantiasa belajar kita akan
tetap awet muda. Karena hal yang terbaik didunia akan kita peroleh dengan
memelihara pikiran kita agar tetap muda. Salah satu cara yang paling efektif
untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar kita tidak
pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah
kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan
sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan kita.
Membaca merupakan salah satu cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan
efektifitas diri kita. Meskipun kita memiliki “keterbatasan waktu”, kita tetap
perlu mengasah kemampuan kita. Caranya adalah dengan menguasai cara membaca yang
efektif sehinggga waktu yang kita gunakan menjadi efisien. Kita hidup dalam
zaman di mana kita setiap hari dibanjiri buku baru tentang topik yang kita sukai
atau yang berkaitan dengan bidang pekerjaan kita. Membaca biasa menjadi
pengalaman yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan. Padahal kita semua tahu
bahwa membaca sama halnya dengan kita menikmati pertunjukan konser atau film
yang bagus.
Membaca melibatkan partisipasi aktif kita. Seluruh emosi, hasrat dan minat kita
juga harus terlibat dalam proses membaca, sehingga membaca menjadi pengalaman
yang menyenangkan. Dengan keterbatasan waktu yang kita miliki, bagaimana kita
dapat mengembangkan kemampuan membaca secara efektifsehingga dengan tenggang
waktu yang sama, kita bisa mengambil inti dari lebih banyak buku. Kecuali untuk
buku fiksi atau sastra yang memang ingin kita nikmati jalan cerita, emosi, dan
rangkaian kata-katanya.
Namun
sebelumnya kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar seseorang,
yaitu:
a. Visual
Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita
suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video.
b.
Auditori
Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah
kuliah, diskusi, debat dan instruksi verbal.
c.
kinestetik
Belajar
melalui aktifitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka menangani,
bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari
Bahasa?
2. Apa yang dimaksud dengan
keterampilan membaca?
3. Apa tujuan dari membaca?
4. Apa saja yang terdapat dalam
efektifitas membaca?
5. Apa sajakah masalah yang
terdapat dalam membaca?
6. Ada berapakah tipe-tipe pembaca
yang tidak efisien?
7. Bagaimanakah pandangan yang
salah dalam membaca?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian dari
Bahasa.
2. Ingin mengetahui maksud dari
keterampilan membaca.
3. Mengetahui tujuan
membaca.
4. Dapat mengetahui efektifitas
membaca.
5. Mengetahui masalah yang
terdapat dalam membaca.
6. Dapat mengetahui tipe-tipe
pembaca yang tidak efisien.
7. Mengetahui pandangan yang salah
dalam membaca.
D. Manfaat Penulisan
Dalam rangka
pembuatan makalah ini kami selaku penyusun makalah bermaksud supaya para pembaca
atau pun mahasiswa dan mahasiswi yang lainnya dapat mengetahui bahwa kegiatan
membaca itu sangatlah penting dan bermanfaat bagi diri kita dan untuk memperluas
wawasan kita serta mengkaji lebih dalam kemampuan kita dalam aspek
membaca.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa
merupakan sarana atau alat komunikasi bagi manusia untuk berinteraksi antar
individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, atau antar individu dengan
kelompok.
Adapun
pengertian Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) secara linguistik
adalah suatu sistem lambang bunyi yang arbitrer (berwewenang), yang digunakan
oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasikan diri.[1]
1. Pengertian beberapa istilah Bahasa
Indonesia
a. Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Nasional / Persatuan dan Kesatuan
Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional didasarkan atas keputusan sumpah pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi.[2]
Kami putra dan putri
Indonesia
Mengaku bertumpah darah satu
Tanah air Indonesia
Kami putra putri Indonesia
Mengaku berbangsa satu
Bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia
Menjunjung bahasa persatuan yang
satu
Bahasa Indonesia
Dari pengakuan para pemuda yang
diaktualisasikan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 menandakan
bahwa bahasa yang kita miliki (Bahasa Indonesia) merupakan suatu bahasa yang
menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga negara Indonesia yang disepakati secara
bersama-sama sehingga menjadi lambang bagi negara kita. Bahasa Indonesia juga
menjadi pemersatu berbagai masyarakat mulai dari Sabang sampai Merauke dengan
perbedaan latar belakang sosial, budaya etnis, ras dan juga agama (multi
kultural), mereka dapat bersatu padu dalam satu ucapan bahasa yaitu Bahasa
Indonesia.
b. Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Resmi / Bahasa Negara
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi / Bahasa Negara tercantum dalam
UUD’45 Bab XV pasal 36 yang berbunyi:[3]
“Bahasa Resmi
adalah Bahasa Indonesia”
Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada bahasa lain selain Bahasa Indonesia yang harus
digunakan dalam ceremonial-ceremonial resmi kenegaraan, walaupun di negara kita
terdapat berbagai macam bahasa. Kita wajib menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
pengatur pendidikan, sebagai bahasa dalam melaksanakan tugas kenegaraan tingkat
Nasional dan dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan serta dalam
memanfaatkan tekhnologi modern.
Kita bangsa Indonesia harus bersyukur dan bangga memiliki Bahasa Nasional dan
Bahasa Resmi / Bahasa Negara, oleh sebab itu kita harus memelihara dan
meningkatkan Bahasa Indonesia sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Untuk itu
mari kita berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2. Bahasa Indonesia pasca
proklamasi
Perkembangan bahasa pasca
proklamasi dapat kita lihat dari penulisan sastra yang merujuk kearah
kesederhanaan dalam gaya bahasa dan pemadatan dialog. Derama kontemporer disebut
juga angkatan 70-an berkembang lebih pesat baik dari segi tema maupun segi
bentuk pemitraan. Tema yang diambil berhubungan dengan sosial budaya dan
politik, dan berbentuk khusus, dikarang dan disusun untuk dipertunjukkan diatas
pentas oleh pelakunya.
Perkembangan ini juga didukung dengan diadakannya perlombaan penulisan naskah
derama setiap tahun oleh Dewan Kesenian Jakarta. Dan pementasan pun tidak
terikat diatas panggung tetapi juga melalui media televisi.
Tokoh-tokoh
pengarang derama yang terkenal pada angkatan ini antara lain:[4]
- Putu Wijaya dengan karyanya Aduh,
Dag Dig Dug, Sssst, dll.
- W. S. Rendra dengan karyanya
Kereta Kencana Sepeda, dll.
- Arifi C. Noer dengan karyanya
Kasih Kita.
3. Fungsi Bahasa Indonesia
Sesuai dengan hasil seminar politik Bahasa Indonesia yang bertempat di Jakarta
pada tanggal 25-28 Februari 1975 yaitu Bahasa Indonesia berfungsi sebagai
berikut:
a.
Dalam kedudukannya sebagai Bahasa Nasional, Persatuan dan Kesatuan berfungsi:[5]
- Sebagai kebanggan nasional
- Sebagai lambang identitas
nasional
- Sebagai alat pemersatu berbagai
masyarakat yang multi kultural
- Sebagai penghubung antar budaya
dan antar daerah
b. Dalam
kedudukannya sebagai Bahasa Resmi / Bahasa Negara berfungsi:[6]
- Sebagai Bahasa Resmi Negara
- Sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan
- Sebagai Bahasa Resmi dalam
perhubungan tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan dan pemerintah.
4. Periodisasi sastra Indonesia
Periode dalam kesusasteraan adalah bagian dari perkembangan kesusasteraan itu
sendiri dengan berbagai cirinya. Beberapa penulis buku pelajaran sastra, membagi
zaman sastra Indonesia menurut pandangannya masing-masing.[7]
a. Menurut Ajip Rosidi
Ø
Masa kelahiran atau masa kejadian
- Periode awal abad XX 1933
- Periode 1933 - 1942
- Periode 1942 - 1945
Ø
Masa perkembangan (sejak ’45 hingga kini)
- Periode 1945 - 1953
- Periode 1953 - 1960
- Periode 1961 – kini
b.
Menurut H. B. Jasin
Ø
Sastra melayu lama
Ø
Sastra Indonesia modern
- Angkatan 20
- Angkatan 33 atau pujangga
baru
- Angkatan 45
- Angkatan 66
c. Menurut J. S. Baduch
Ø
Kesusteraan lama dengan angkatan lama
- Kesusasteraan masa purba
- Kesusasteraan masa Hindu
Arab
Ø
Kesusasteraan peralihan dengan angkatan peralihan
- Abdullah bin Abdul Kadir
Munsyi
- Angkatan balai pustaka
Ø
Kesusasteraan baru dengan angkatan baru
- Angkatan pujangga baru
- Angkatan modern (angkatan
45)
- Angkatan muda
d. Menurut Sabaruddin
Ahmad
Ø
Kesusteraan lama
- Dinamisme
- Hinduisme
- Islamisme
B. Keterampilan Membaca
1. Pengertian keterampilan
membaca
Keterampilan membaca adalah aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai
faktor yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu,
keterampilan membaca juga dapat dikatakan sebagai jenis kemampuan manusia
sebagai produk belajar dari lingkungan, dan bukan kemampuan yang bersifat
instingtif, atau naluri yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu, proses membaca
yang dilakukan oleh seorang dewasa (dapat membaca) merupakan usaha mengolah dan
menghasilkan sesuatu melalui penggunaan modal tertentu.
Membaca adalah proses produksi yang menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan
sikap-sikap baru. Seperti hukum yang berlaku dalam dunia usaha, semakin besar
modal seseorang untuk berusaha, semakin besar pula kemungkinan hasilnya. Oleh
karena itu, seperti halnya sebuah perusahaan yang menghasilkan sesuatu melalui
proses mengolah. Membaca juga merupakan proses mengolah, yakni mengolah bacaan.
Nah, untuk mengolah hal itu diperlukan modal tertentu. Secara garis besar,
aktifitas membaca berkaitan dengan dua hal pokok, yaitu pembaca dan bahan
bacaan. Untuk memperlancar proses membaca, seorang pembaca harus memiki modal:
1). Pengetahuan dan pengalaman, 2). Kemampuan berbahasa (kebahasaan), 3).
Pengetahuan tentang tekhnik membaca, 4). Tujuan membaca.[8]
2.
Tujuan membaca
Tujuan membaca dianggap juga sebagai modal dalam membaca. Bahkan menurut hasil
penelitian, hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat
signifikan. Inilah yang mendorong para ahli menyepakati bahwa tujuan membaca
merupakan modal utama membaca.[9]
Hal-hal yang berkaitan antara tujuan membaca dengan proses membaca yaitu:
- Memahami adanya berbagai macam
dan variasi tujuan membaca
- Perlunya membangkitkan atau
mendorong timbulnya berbagai tujuan membaca
- Perlunya latihan membaca bagi
seseorang dengan tujuan membaca yang bervariasi
- Perlunya membina dan
mengembangkan berbagai strategi membaca selaras dengan ragam tujuan
membaca
- Perlunya membangun perangkat
tujuan membaca yang terbimbing untuk meningkatkan kemampuan membaca
Tentang tujuan membaca itu banyak urusan yang bisa dibuat, tergantung dari mana
kita melihatnya. Secara garis besar tujuan membaca itu sangat luas sifatnya
karena setiap situasi membaca mempunyai tjuan tersendiri yang bersifat spesifik.
Namun, secara umum ada penggolongan membaca tentang tujuan membaca yang telah
dikemukakan oleh ahli membaca Waples (1967). Dalam eksperimennya ia menemukan
bahwa tujuan membaca itu meliputi beberapa hal yang pada hakikatnya tujuan
membaca adalah modal utama membaca. Tujuan yang jelas akan memberikan motivasi
yang intrinsik yang besar bagi seseorang. Seseorang yang sadar sepenuhnya akan
tujuan membaca akan dapat mengarahkan sasaran daya pikir kritis dalam mengolah
bahan bacaan sehingga memperoleh kepuasan dalam membaca.[10]
3.
Efektifitas membaca
Membaca cepat artinya membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak
mengabaikan pemahamannya. Penerapan kemampuan membaca cepat itu disesuaikan
dengan tujuan membacanya, aspek bacaan yang digali (keperluan) dan berat
ringannya bacaan.
Efektif, artinya peningkatan membaca itu harus diikuti pula oleh peningkatan
pemahaman terhadap bacaan. Pembaca yang efektif dan kritis tahu tentang apa yang
perlu digalinya dari bahan bacaan secara cepat, mengabaikan unsur-unsur yang
kurang penting, serta membuang hal-hal yang tidak diperlukan. Seorang pembaca
yang buruk melakukan tindakannya dan memahaminya secara terputus. Jadi,
pemahaman terhadap bacaan menjadi terganggu karena setiap kata dipahami satu
persatu. Hal itulah yang menghambat pemahaman seseorang.
Seorang pembaca efektif melihat setiap baris bacaan hanya pada satu-satuan
pikiran yang ada. Biasanya berupa frase-frase, klausa-klausa, atau kata-kata
kunci. Jadi bagian bacaan yang dilihat semakin sedikit. Akibatnya, perpindahan
mata akan semakin cepat, dan pada akhirnya kecepatan membaca dapat ditingkatkan.
Ia tidak memahami kata demi kata sesuai dengan makna aslinya (dalam kamus),
tetapi melihat makna kita sesuai dengan konteks kalimatnya. Dengan demikian,
pemahaman juga dapat ditingkatkan.[11]
4.
Pengetahuan tentang teknis membaca
Jika diatas telah dijelaskan bahwa pengetahuan, pengalaman dan kemampuan
berkomunikasi lisan merupakan modal utama membaca, tampaknya pengetahuan tentang
teknik lebih cenderung dianggap sebagai alat. Alat yang dapat digunakan dalam
mencerna bahan tulis. Realisasinya berupa seperangkat keterampilan untuk
mengolah setiap aspek bahan bacaa menjadi sesuatu yang bermakna bagi
pembaca.
Keterampilan ini berkaitan dengan keseluruhan aktifitas membaca sehingga dapat
mencakup makna proses membaca sebagai aktifitas mengolah kata yang terkandung
dalam bahan bacaan, kreatifitas, membaca, sampai pada aktifitas membaca cepat.[12]
Secara garis besar, pengetahuan tentang teknik membaca itu meliputi:
a. Pengetahuan tentang aspek-aspek
keterampilan membaca
- Keterampilan mengenali kata
- Keterampilan mengenali tanda
baca
- Keterampilan memahami makna
tersurat
Yaitu
seperti keterampilan memahami makna kata, frase, kalimat, paragraf, subbab, bab,
dll.
- Keterampilan membaca kritis
- Kemampuan membaca kreatif
b.
Pengetahuan tentang teknik membaca cepat
c. Pengetahuan tentang membaca telaah
ilmiah
5.
Masalah umum dalam membaca
Seperti pada umumnya, orang tidak sadar dengan masalah membacanya. Kebanyakan
orang telah puas dengan kondisi kemampuan membacanya, baik dalam kecepatan
maupun dalam tingkat pemahamannya. Padahal secara teoritis, kecepatan dan
pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua atau tiga kali lipat dari
kecepatan dan pemahaman semula. Itu bagi seseorang yang benar-benar mau
meningkatkannya. Ada beberapa masalah dan hambatan yang umum terjadi pada setiap
orang, masalah tersebut antara lain:[13]
a. Rendahnya tingkat kecepatan
membaca
Masalah kecepatan membaca ini menjadi hambatan karena pada umumnya orang tidak
ambil pusing dengan kebiasaan membacanya. Termasuk cara membaca yang buruk.
Kemampuan membaca yang buruk (dalam arti rendahnya kecepatan membaca) jelas
sangat mengganggu orang-orang yang sehari-harinya memang bergelut dengan buku.
Misalnya pelajar dan mahasiswa. Sampai-sampai sering kita jumpai ada pelajar dan
mahasiswa yang kekurangan waktu untuk membaca literatur-literatur yang
diwajibkan padanya. Bukan karena waktu yang dimiliki kurang, melainkan karena
banyaknya waktu yang tersita untuk membaca hanya satu judul buku saja.
b.
Minimnya pemahaman yang diperoleh
Tingkat pemahaman terhadap bacaan juga salah satu indikator keefektifan membaca
seseorang. Minimnya tingkat pemahaman ini menjadi masalah karena ada
kecenderungan anggapan bahwa semakin lambat cara membaca seseorang, semakin
tinggi pula pemahamannya. Padahal, pada kasus latihan membaca cepat, anggapan
justru terbalik, yaitu peningkatan kecepatan membaca akan diikuti dengan
peningkatan pemahaman bacaan.
c. Kurangnya minat baca
Masalah yang menjadi hambatan membaca adalah kurangnya minat membaca. Faktor
yang membelakangi hal ini adalah kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau
kurang sesuainya bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Ada
indikator bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa itu dapat diukur dari berapa
banyak waktu sehari-hari yang digunakan warganya untuk membaca. Semakin banyak
waktu yang digunakan untuk membaca, artinya menurut kebutuhan secara pribadi,
bukan dipaksa membaca seperti halnya membaca demi tugas sekolah ataupun kuliah,
maka dengan itu semakin tinggi pula tingkat budaya bangsa tersebut.
d. Minimnya
pengetahuan tentang cara membaca yang cepat dan efektif
Pengetahuan tentang cara membaca yang efektif tampaknya juga merupakan faktor
yang tak kalah pentingnya sebagai masalah dalam membaca. Secara teoritis,
seorang pembaca yang lambat pada hakikatnya bukanlah pembaca yang bodoh, tetapi
mungkin ia hanyalah seorang pembaca yang tidak efisien.
6.
Tipe-tipe pembaca yang tidak efisien
Tipe-tipe pembaca yang tidak efisien diantaranya yaitu:
a. Membaca dengan memvokalkan apa yang
dibacanya
Banyak orang yang melakukan cara membacanya dengan melafalkan apa yang dibacanya
kata demi kata dengan bantuan alat-alat ucap (mulut). Dengan kata lain,
kecepatan membaca disamakan dengan kecepatan berbicara. Bagaimana mungkin ini
bisa dikatakan sebagai pembaca yang baik dan efisien? Kita sepakat bahwa proses
membaca adalah proses berpikir. Disini jelas bahwa kecepatan berpikir tidak sama
dengan kecepatan berbicara. Jika seseorang melakukan tindakan membaca dengan
memvokalkan apa yang dibacanya, itu berarti ia melakukan dua kerja sekaligus.
Membaca dengan gagasan bacaan ( berpikir) dan berbicara. Jelas bahwa tindakan
memvokalkan bahan bacaan merupakan sesuatu yang menghambat kecepatan membaca,
sekaligus menghambat pemahamannya. Pembaca yang seperti itu adalah pembaca yang
kurang efektif.
b.
Membaca sambil bergerak
Yang dimaksud dengan tipe pembaca bergerak ialah seorang pembaca yang dalam
perbuatan membacanya diikuti oleh gerak-gerik sebagian anggota badan, baik
disengaja maupun tidak. Contohnya, membaca sambil menggoyang-goyangkan kaki,
membaca sambil menggigit-gigit ujung alat tulis, dan sebagainya. Secara prinsip,
faktor ini tidak mengganggu benar, akan tetapi menghilangkan kebiasaan ini akan
menambah konsentrasi terhadap bacaan dan lebih sempurna.
c. Membaca sambil tiduran
(berbaring)
Ada sebagian orang yang membaca nikmat bila membaca sambil tiduran. Cara membaca
ini jelas merupakan kebiasaan membaca yang jelek. Terutama ditinjau dari segi
kesehatan mata. Dengan membaca sambil tiduran, mata dipaksa bekerja lebih keras.
Kelelahan mata adalah efek langsung dari membaca seperti itu.
d. Membaca tidak
konsentrasi
Ini juga salah satu kelemahan dari beberapa orang pembaca. Terkadang tampak
secara jelas, secara fisik seseorang sedang membaca. Tetapi kenyataannya hanya
pada awal-awal baris saja ia membacanya., setelah itu ia berkhayal diluar
konteks apa yang dibacanya. Dan ini biasanya telah membudaya dikalangan kita.
Baru setelah sadar kembali, diteruskannya kegiatan membacanya. Hal inilah yang
dimaksud dengan tipe pembaca yang tidak berkonsentrasi.[14]
7.
Pandangan yang salah dalam membaca
Dalam keterampilan membaca, ada beberapa pandangan yang salah dalam kegiatan
membaca, diantaranya yaitu:
a. Pandangan yang menganggap bahwa
membaca hanya merupakan kegiatan reseptif
Ada kecenderungan bahwa kegiatan membaca merupakan kegiatan menerima. Tampaknya
seperti ada benarnya, sebab kita menerima sesuatu dari penulis bacaan. Akan
tetapi, untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan menyeluruh, kita tidak dapat
melakukannya dengan berpasrah diri (reseptif). Untuk memperoleh itu, kita secara
aktif bekerja mengolah teks bacaan menjadi bahan bermakna. Bagaimana kita
memperoleh makna yang terkandung jika hanya diam, sementara teks bacaan adalah
benda mati? Jadi, kitalah yang sebenarnya aktif. Bahkan bukan hanya pemahaman
yang dituntut dalam membaca, melainkan juga pengolahan bahan bacaan itu secara
kritis dan kreatif.
b.
Membaca hanya sebagai proses mengingat
Sebuah kesalahan besar jika membaca itu identik dengan proses mengingat bahan
bacaan. Jika ini disepakati, maka pembaca tak ubahnya dengan komponen memori
(ingatan) yang bertugas menyimpan data persis dengan apa yang dikatakan
pengarang. Ada kecenderungan dikalangan pelajar dan mahasiswa menyamakan membaca
itu sebagai proses menghafal informasi. Pandangan seperti itu yang perlu diubah.
Membaca juga proses kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berpikir kritis dan
kreatif. Pembaca yang baik adalah pembaca yang tahu mengolah bahan bacaannya
secara kritis dan kreatif. Dalam prosesnya ia tidak lupa mengadakan analisis,
sintesis, menimbang-nimbang, menilai, dan seterusnya secara kritis. Atau lebih
berarti jika ia mampu menerapkannya dalam kehidupan secara nyata dan
kreatif.
c. Membaca hanya bila perlu saja
Pendapat yang demikian jelas menyesatkan. Jika dilihat dari konteks perkembangan
dunia saat ini, jelas bahwa bila seseorang membaca buku hanya bila ia
membutuhkan sesuatu dari suatu jenis buku tertentu, itu jelas salah. Seseorang
yang bisa dianggap maju dan aktual adalah orang yang terbiasa membaca diberbagai
kesempatan dan pada berbagai bidang kehidupan. Ingat bahwa tingkat kemajuan
suatu bangsa dapat diukur dari kebiasaannya membaca. Artinya, seberapa besar
pola dan kebutuhan membaca menjadi pegangan hidup sehari-hari. Itulah makanya
seseorang yang pengetahuannya luas dan aktual selalu membaca, membaca, dan
membaca.[15]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat, kami dapat menyimpul;kan bahwa keterampilan membaca
adalah proses produksi yang menghasilkan pengetahuan, pengalaman, dan
sikap-sikap baru. Membaca juga dapat diartikan bahwa membaca itu merupakan
aktifitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor yang datangnya dari
dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca juga dapat diartikan
sebagai jenis kemampuan manusia sebagai produk belajar dari lingkungan, dan
bukan kemampuan yang bersifat instingtif, atau naluri yang dibawa sejak lahir.
Jadi, semakin banyak dan sering seseorang membaca, maka semakin kaya pula ia
akan pengetahuan dan pengalamannya, yang berarti semakin banyak pula modal yang
dimilikinya untuk membaca. Demikian kebiasaan membaca itu berkembang, maka
sejalan dengan itu berkembang pula pengetahuan seseorang.
Dan yang perlu diingat bahwa latar belakang pengetahuan dan pengalaman itu
bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat.
Pengetahuan dan pengalaman adalah hasil suatu proses yang bersifat
berkelanjutan, sesuai dengan kecenderungan ilmu dan kebutuhan membaca kita.
Tentang tujuan membaca, banyak rumusan yang bisa dibuat, tergantung pada dari
mana kita melihatnya. Secara garis besar tujuan membaca itu luas sifatnya karena
setiap situasi membaca mempunyai tujuan tersendiri yang bersifat spesifik.
B. Saran
Demi kelancaran dan kesempurnaan pembuatan makalah ini, kami mohon kepada para
pembaca untuk memberikan saran dan kritiknya yang membangun. Karena kami sadar
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan khilafannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Nurhadi. Membaca Cepat Dan
Efektif. Bandung; C.V Sinar Baru. 1987
Ø
Djaja, Azis. Buku Ajar
Bahasa Indonesia. Pamekasan; STAIN Pamekasan press. 2006
Ø
Suparni. Penuntun Pelajaran
Bahasa Dan Sastra Indonesia. Bandung; Genica Exact. 1990
Ø
Adler, Mortiner J, dan Charles Van Doren. Cara Membaca Buku Dan Memahaminya.
Jakarta; Pantja Simpati. 1986
Ø
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Jakarta; Balai Pustaka. 2005
[1] Departemen pendidikan Nasional. KBBI. Hal: 88
[2] Suparni. Penuntun Pelajaran Bahasa Dan sastra Indonesia. Hal:
37
[3] Suparni. Penuntun Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal:
37
[4] Departemen Pendidikan Nasional. KBBI. Hal: 245
[5] Suparni. Penuntun Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Hal:
37
[6] Suparni. Penuntun Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia. Hal:
38
[7] Ibid, hal: 53-54
[8] Nurhadi. Membaca Cepat Dan Efektif. Hal: 123
[9] Nurhadi. Membaca Cepat Dan Efektif. Hal:134
[10] Nurhadi. Membaca Cepat Dan Efektif. Hal: 135-136
[11] Nurhadi. Membaca Cepat Dan Efisien. Hal: 39-40
[12] Ibid, hal: 128-131
[13] Nurhadi. Membaca Cepat Dan Efektif. Hal: 17-25
[14] Nurhadi. Membaca Cepat Dan Kreatif. Hal: 110-113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar