Lembaga-lembaga
oraganisasi kemasyarakatan memanga lembaga independen yang mempunyai kebebasan
dalam mengkeritisi ketidak transparansian kinerja pemegang kekuasaan, entah itu
lembaga intrnal maupun lembaga-lembaga eksternal dari tingkat lokal hingga
nasional. Namun kebebasan mereka dalam mengkritisi para pemimipin tidak lepas
dari norma-norma dan etika keorganisasian serta kelembagaan.
Lembaga-lembaga
organisasi sering sekali mengkeritisi pundak-pundak kekuasaan para penguasa,
entah itu kinerja Bupati, DPR dan yang baru-baru ini Bupati Pamekasan
mendapatkan keritikan dari lembaga-lembaga organisasi sepamekasan atas
kinerjanya yang dianggap kurang mumpuni. Demonstrasi yang dilakukan pada saat
itu adalah bentuk demontrasi terbesar tentunya dipamekasan, dengan jumlah
pendemo yang mencapai 2.000 lebih, dan hal seperti ini adalah suatu hal yang
wajar untuk membenahi kinerja para penguasa supaya lebih baik.
Namun
saya tidak habis pikir, kenapa demontras yang mengatasnamakan Gerakan
Masyarakat Peduli Islam (GEMPES) dan Barisan Peduli dan Penyelamat Kementrian
Agama (BPPKMA), Selasa (15/5/2012),
mendemo Kepala Kantor Kemenag Pamekasan. Setau saya Kemeng itu selama ini
oke-oke saja dan tidak ada bentuk demonstrans yang menghampiri Kantor Kemenag
pada priode-priode sebelumnya.
Kedua
organisasi itu ternyata menyuroti kinerja Kepala Kemenag yang baru beberapa
minggu dilantik sebagai Kepala di Kementrian Agama Pamekasan. Mereka menilai
bahwa kinerja Nurmaluddin (Kepala Kemenag) yang mengganti H. Abdul Wahid banyak
melakukan penyimpangan-penyimpangan (pungli). Penyimpangan yang dilakukan oleh
Nurmaluddin (Kepala Kemenag Pamekasan) adalah: Pungutan pada guru penerima
tunjangan sertifikasi Rp. 50 ribu perorang, meminta kompensasi biaya UKK (Uang
Kenaikan Kelas) sebesar Rp. 1000-2000 per siswa dengan jumlah siswa dipamekasan
tercatat lebih dari 20 ribu siswa, Nurmaluddin juga dituding meminta fee pada
Kantor KUA dari 13 wilayah yang ada dipamekasan, setiap melaksanakan pernikahan
sebasar Rp. 40 ribu, dan mereka menganggap dengan pungli tersebut jutaan
rupiyah yang masuk kantong peribadi Nurmaluddin.
Sambil
membawa keranda bertuliskan nama Nurmaluddin, ratusan kader BPPKMA meminta
Nurmaluddin mundur dan meletakkan jabatan Kepala Kemenag Pamekasan mereka juga mengatakan “Nurmaluddin tidak
berakhlakul karimah Tak pantasa dia memimpin kantor yang mengurus
keagamaan.Mundur dan turunkan Nurmaluddin,” ajak Kamil (demonstran) yang
disambut teriakan ratusan pendemo.
Ketika
Nurmaluddin keluar dari kantornya untuk menemui demonstran dengan kawalan
polisi ternyata dia ditolak oleh anggota BPPKMA “Kami tak butuh penjelasan yang
terkesan membela diri. Tolak Nurmaluddin,” teriak massa bersahutan.
“Mana
mungkin saya yang menjabat dua bulan ini sering melakukan pungli. Itu fitnah,”
kata Nurmaluddin membela diri setelah meninggalkan demonstran menuju kantornya.
Menurut Nurmaluddin, pungutan uang Rp 50 ribu bagi guru penerima tunjangan sertifikasi
sudah ada sejak tahun 2008. “Karena para kepala seksi yang mengurusi pencairan
tunjangan sertifikasi mengatakan
pungutan itu sudah ada sejak 2008 lalu, maka saya biarkan saja itu
berlangsung. Yang pasti saya tidak ikut menikmati pungutan itu, Sedangkan Uang
Rp 50 ribu itu sebenarnya untuk biaya fotocopi dan legalisir sertifikat
sertifikasi ke perguran tinggi yang memberikan rekomendasi. “Biaya foto copi
dan jasa legalisir 10 lembar sertifikat menelan dana Rp 30 ribu dan diminatkan
ganti Rp 50 ribu kepada para penerima tunjangan,” jelasnya.
Dengan
adanya perotes dari para guru penerima tunjangan sertifikasi, ahirnya
Nurmaluddin menyerahkan sertifikat sertifikasi asli.secara gratis. “Sedangkan
10 lembar fotocopi sertifikat yang dilegalisir saya perintahkan untuk dibakar
biar para guru melegalisir sendiri-sendiri ke perguran tinggi pemberi
rekomendasi,” Sedangkan tudingan meminta pungli Rp 40 ribu untuk setiap
pernikahan kepada petugas KUA, Nurmaluddin bersumpah bahwa tudingan itu fitnah
“Silahkan tanya langsung kepada petugas KUA. Apa benar saya meminta uang Rp 40
ribu setiap pernikahan yang dicatat KUA. Itu fitnah,” tandas Nurmaluddin.
Walaupun
dia dituding seperti itu dia tidak mau menyelesaikan masalah ini dimeja hijau,
kenapa Nurmaluddin tidak mau, apakah karena dia bersifat arif dengan masalah
yang dia hadapi atau karena takut apa yang demonstran tuding memang benar-benar
nyata.
Silahkan dikaji kebenarannya..!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar